Senin, 10 Juni 2019

Pesta laylatul Qadr.... (Part III)

Madinah al-Munawaroh, tempat yang paling kurindukan.. Tempat ini memiliki kekhususan di hatiku.. Jika sudah memasuki Nabawi, apapun masalahku, apapun gejolak hatiku.., selalu menjadi tak seberapa. Rasa tenang yang sedemikian kurasa di Madinah membuat semuanya nyaman..
Sebenarnya, kunjungan terakhir Madinah lebih ideal buat fisik saya… tak terbayang kondisi malam-malam akhir ramadhan di Mekkah.., pasti lebih padat dan belum tentu aku sanggup. Jadi tak apa malam akhir ramadan di Madinah... memang Allah sudah mengatur tempat dan waktu yang tepat..

Perjalanan menuju Madinah cukup lancer.., bahkan diiringi hujan lebat.. Ramadan, menuju haram + hujan.. sempurna sekali momen ini. Diperjalanan sekitar 5-6 jam hampir saya manfaatkan untuk tidur.. Mata yang lengket plus kali ini muthowif nya (spertinya masih baru) bicaranya menghadap kaca depan dan mendayu-dayu.., cucok untuk pengantar tidur…

hujan deras......

teduuuuuh lepas hujan..

Tiba di Madinah tubuh terasa segar, karena mendekati waktu berbuka.. aku putuskan untuk berbuka di hotel lalu shalat maghrib di masjid. Ternyata jumlah jamaah di nabawi tidak jauh berbeda dengan makkah. Penuuuuh juga.., hanya saja pintu masuk laki-laki dan perempuan di bedakan, setidaknya lebih terarah. Setelah mendapatkan posisi, shalat kemudian menunggu hingga isya’ dan tarawih tidak jauh berbeda.., tetap kami dihimpit.. Masyaallah haramain memang tempat yang diinginkan untuk beribadah special ramadan.

Madinah memang membuat relaks.., tidur ku lebih lepa.., hingga terlewat tahajud bahkan sempat mengira tidak ada tahajud di nabawi…, karena tidak terdengar sama sekali, saking terlelapnya aku. Tahajud ku lakukan sendiri hingga waktu shubuh, kembali ke hotel. Kali ini aku tidak ikut rombongan untuk ke Raudoh.., karena pada saat Ramadan waktu ke raudoh untuk wanita hanya dibatasi pada pagi hari, sedangkan peminatnya cukup besar. Pengalaman sebelumnya ke Raudoh yang berdesakan dan dibatasi waktu membuatku tak nyaman untuk khusuk shalat dan berdoa… aku lebih memilih di bagian masjid yang lain untuk menikmati ketenangan dalam berkhalwat..
Dan memang luar biasa, lepas shubuh menuju dhuha susana ketenangan, keheningan ku dapati… Oh Allaaaah betahnya aku berlama-lama di masjid kekasihMu….
Bagaimana dengan Raudoh saat itu…? Khusus jamaah perempuan Raudoh memang tak bisa dikunjungi setiap saat.. ini yang membuat setiap ada waktu kyang disediakan selalu penuh.., apalagi kali ini Ramadan. Menurut cerita temanku, mulai dari waktu shubuh para wanita mulai berbondong-bondong ke area menuju Raudoh.., bahkan sudah terjadi dorongan (ini masih shalat shubuh loh)… lalu pada saat di lokasi, saking penuh dan antusiasnya semua ingin beribadah di raudohnya.. Group jamaah ku ini membuat pagar betis untuk melindungi teman-temannya yang shalat… karna jika tak dibuat perlindungan ini, dorongan, tendangan dan geseran secara sesukanya itu terjadi.. Ya beginilah kondisi Raudoh di tempat perempuan. Entah kenapa ya kerusuhan ini terjadi di jamaah perempuaaan….. (bingung)

Sama seperti kondisi di Mekkah, waktu berbuka, shalat maghrib dan tarawih tetap penuh, berdesakan… ini jaaaaauh berbeda loh dengan kondisi jamaah laki-laki.. sangaaaaat rapiiih. Bahkan beberapa kalangan berlomba untuk menyediakan tempat duduk dan berbuka untuk jamaah lain.. OOOH wanitaaa kenapa beginiiiii..? memang susah ya tertib itu..??


kaki campur menu... hehehhehe

Untuk aktivitas di Madinah aku lebih banyak sendiri.., karena Susana nabawi selalu membuatku terlena untuk berlama-lama di masjid. Berkhalwat, tilawah, dzikir, bercerita hingga mengeluh ku lakukan di masjid ini. Cukup Aku dan Allah, benar-benar dapat ku nikmati, terutama di waktu pagi. Yang menarik lagi dari madinah aku selalu mendapati kelompok-kelompok orang menawarkan menu sahurnya di pelataran masjid dan luar masjid… banyaaaaaak sekali, kita tinggal pilih mau menu apa. (sebenarnya ini jg terjadi di berbuka hanya pada jamaah laki-laki yang terlihat, wanita terlalu rusuh.. heheheh). Dari di mekkah dan madinah memang aku jarang menggunakan fasilitas sahur dan berbuka dari hotel., karena ingin mengambil kesempatan di masjid pada saat waktu-waktu tersebut.

Berbeda dengan Mekkah, arah keluar masjid lebih jelas (walaupun di mekkah jg ada). tapi kami tidak harus melewati orang-orang shalat. Tak berbeda jauh pula lokasi luar pelataran masjid nabawi, penuh. Saat malam 27 aku memilih dipelataran luar.. cuaca juga panas, tapi tidak seterik Mekkah, tetiba lagi ada seorang ibu yang mendekatiku dan mengajak mengobrol, kali ini berasal dari Malaysia (masih satu rumpun juga lah yaa..). Ia seorang guru dan kepala sekolah yang telah pension.., gaya bahasanya lembut dan santun. Setelah bercerita, ia langsung mendoakanku dengan antusiasnya… banyak sekali doa yang dipanjatkannya…, begitu terdengat lembut dan tulus. Aku tak bisa menahan haru, rona bahagiaku menyatu memecah tangis.. ku aminkan semua doanya sambil ku doakan kembali Ia….. Oh Allah beginikah indahnya persaudaraan seorang muslim…., saling mendoakan walaupun kita tak saling kenal. Indaaaah

Pelataran masjid, pesis depanku tidur lelaap sekali

Malam itu memang malam 27, tentu Nabawi cukup ramai….,  kebetulan sekali aku berada di area luar dekat saudagar arab kaya raya  yang membuka lapaknya untuk berbuka dan membagi-bagikan berbagai macam hadiah.. walhasil tiba-tiba tempatku dipenuhi dengan wanita-wanita Pakistan yang menyerobot tempat.. untuk berebut menu berbuka dan hadiah yang dibagikan….. Daaaaaan seketika bubar saat tempat harus dibersihkan…… byaaaaaaaar.. rusuh dan hebooh.. Aku tertawa, betapa serunya Ramadan disini, kemeriahan dan makan bersama.. layaknya sebuah pesta yang dilakukan tiap malam untuk mengapai Laylatul Qadr, semua berbondong-bondong menikamati sarana yang disediakan. bagaimanapun posisi dudukmu.., terhimpitnya saat shalat tetap bisa dinikmati. Hatimu terpuaskan, fisikmu bertahan.. kekuatan yang luar biasaaaa

kondisi menunggu tarawih di pelataran masjid.
sbnrnya semua sdh letih secara fisik tapi tetap bertahan

Aku bahagiaaa dan ingin kembali di Ramadan –Ramadan selanjutnya menikmati pesta Laylatur Qadr jaaaauh lebih lama lagi di Haramain…. Aamiiin…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar