Jumat, 07 Juni 2019

Pesta Laylatul Qadr di Haramain.. (Part I)


Impianku untuk menikmati Ramadan di Haramain akhirnya terwujud.., Allah bahkan meningkatkan realitanya pada 10 hari terakhir Ramadan.. Melalui seorang teman pengelola salah satu travel umroh yang luar biasa ini jalanku makin dipermudah menuju kesana, walupun setiap permintaan pribadi pada temanku itu tak ada yang dipenuhinya 😜…

Tidak ada persiapan khusus menuju tanah haram selain menyelesaikan kewajiban pekerjaan di kantor yang menumpuk.., agar bisa lebih tenang disana. Ini kali pertamaku melaksanakan umroh di Ramadan, special pada 10 malam terakhir.. Antusias dan semangat.

Karena sang pengelola travel adalah seorang teman, tak banyak pertanyaanku tentang jadwal dan hotel yang akan kutempati. Keyakinan dan kepercayaan sebagai teman sudah cukup buatku.. Hanya saja sempat ada sedikit penyesalan ketika mengetahui jadwal perjalanannya pada saat hari H.. yaitu ke Makkah dulu baru ke Madinah, diluar kebiasaan umum paket umroh yang biasanya Madinah lalu Makkah. Karena harapan besarku dapat malam 27 di Makkah bukan Madinah. (ah.. mengapa tak kutanyakan sejak awal…)

Mencoba mengelola hati untuk menerima jadwal tersebut, aku pun berangkat sekitar pk. 20.00 WIB. Bismilah…. Maskapai yang kami gunakan adalah SV, aku selalu suka dengan maskapai ini karena menyediakan tempat shalat di bagian belakang.. Tempat shalat ini cendrung sepi, entah karena jarang yang mengetahui atau memang penumpang lebih suka shalat sambil duduk. Kondisi ini yang paling ku suka sehingga saat kita jenuh di dalam pesawat bisa sejenak merasakan sensasi shalat seakan “melayang” dengan getarannya di dalam pesawat… buatku meningkatkan kekhusyu’an & rasa syukur….

Setelah menempuh lebih dari 9 jam, tibalah di Bandara Udara King Abdul Aziz Jeddah khusus terminal Haji & Umroh sekitar pk. 01.30 waktu Arab.. Memang dibedakan penurunan penumpang Reguler dengan jamaah ., sebenarnya ini cukup baik sehingga pelayanan juga menjadi khusus. Hanya saja hal yang paling aku tidak antusias adalah pada fase ini.., fase imigrasi Bandara Jeddah khusus haji & umroh… Haddeeeeeh entah kenapa ya dari tahun ke tahun itu petugas imigrasi bandara tidak professional sekali.., sambil ngobrol lah, liat yutub lah.. ngasal lah… Tapi ya mau gimana lagi, professional ataupun tidak toh tetap orang berbondong-bondong akan kesana juga.

bagian luar bandara haji & umroh Jeddah
(tempat menunggu jamaah)


Setelah Fase imigrasi selesai, keluar lah kami dari Gedung Bandara menunggu bagasi dan lainnya yang diurus travel.. Di lokasi ini aku bertemu dengan teman sang pengelola Travel dan sang Muthowwif yang juga temanku (waalupun ia menghindari aku jadi jamaahnya).
Sebagai seorang teman yang baik, jiwa ramahku bergejolak ingin meledek. Kurang lebih sekitar 2 tahun lah kami tidak bertemu, jadi hampir lepas kendali membully.. tetapi karena mereka ja’im ya akhirnya kukendalikan dirilah.. maklum depan jamaah… 😝😝😝

Sang CEO, walaupun ja'im, cekatan sekali mengurus jamaahnya
kereen.., sangat profesional

Sesuai jadwal kami dari bandara menuju Makkah dan langsung umroh, maka proses menunggu bagasi diisi dengan miqot dan mengganti kain ihrom (miqot dapat dilakukan juga pada saat di pesawat dengan titik yang ditentukan). Bagi wanita pakaian ihrom adalah pakaian yang menutup aurat, sehingga aku tidak mengganti lagi sampai tiba nanti di hotel. Proses menunggu bagasi dan lainnya memang agak lama, sehingga sahur dan shalat shubuh dilaksanakan dibandara., setelah semuanya beres sekitar pk. 06.00 kami menuju hotel di Mekkah untuk siap-siap umroh.. Rasa letih masih belum mengurangi semangat menuju Masjidil Haram

Tibalah kami di Hotel Makkah pk. 07.30, jarak antara hotel dan Masjidil Haram sekitar 300 meter. Kunci kamar dibagikan, satu kamar berisi 4 jamaah., tidak sulit untukku beradaptasi apalagi masih tergolong setara. Kemudian masuk kamar, bersih-bersih sebentar lalu bersiap umroh.
Biasanya aku tidak pernah menggunakan mekena untuk umroh, tetapi karna jamaah di haram ternyata cukup padat, dan aku kawatir diculik orang arab, maka ku putuskan untuk menggunakan mukena travel supaya terlihat.
Kami berangkat dari Hotel sektar 8.30 pagi, Matahari sudah menampakan keperkasaannya yang terik dan suhu saat itu sekitar 37’  sehingga kacamata hitam dan masker menjadi wajib.

Kebetulan sekali salah satu teman sekamarku adalah teman duduk juga di pesawat, sehingga kami langsung akrab. Usia yang masih muda dan kali pertama umroh buatnya membuat jiwa pengayomku muncul, ia sudah langsung seperti adik yang kuarahkan dan kulindungi…

Entah saking semangat atau kepanasan aku dan temanku ini tiba duluan di depan masjidil haram.. dan kuliat ada rombongan travel yang sama dan dipimpin oleh temanku sebagai muthowwifnya. Tanpa peduli apakah itu group yang benar, bahkan namaku tak disebut, aku dan temanku mengikuti saja prosesi umroh bersama group ini..

Matahari makin terik, panas pun mulai terasa di pipi, sedangkan masker harus dilepas.. Kuinjakan kakiku di Masjidil haram tepat 22 Ramadan. Belum ada rasa haru di hati, masih terasa mimpi Ramadan aku tiba. Mulai mendekati ka,bah untuk melakukan tawaf, sejenak mataku melihat dan merasakan kemegahannya…. Aku tak bisa berkata-kata, betapa rindunya hati ini menjumpaimu lagi…, tak ada tempat yang dapat memberikan kepuasan hati seperti ini.. Oh Allah panggil aku kembali

Mungkin karna bukan kali pertama umroh, aku hampir tidak mengikuti group jamaah, sambil melihat temanku kawatir dia tertinggal. Setelah tawaf – sa’i dan tahalul, temanku menyadari bahwa kami di group yang salah, dan aku masih tak peduli.. 😐😐😐😐
Lepas prosesi umroh, aku dan temanku menunggu waktu zhuhur sambil beristirahat di masjid, kebanyakan dari jamaah kembali ke hotel karna panas memang mulai memanggang wajah dan kaki terasa letih (disinilah fungsi penting rutin berolahraga).

Selesai Zhuhur kami kembali ke hotel untuk istirahat sejenak, tapi ternyata melewati waktu ashar… sekitar jam 4.30 kami baru menuju masjid dan luaaaaaar biasa ternyata sudah penuh.., di Masjidil Haram ini tergolong unik, jadi kami harus keliling mencari tempat untuk wanita.., rencana ingin dekat di ka’bah pupus langsung karna tak ada tempaat….. penuuuuuuuuh, sampai sekitar 30 menit akhirnya dapat juga…

Inilah yang menjadi awal mula perjuangan aku dan temanku untuk beribadah di malam-malam Ramadan yang luar biasa selanjutnya…😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar