Selasa, 25 November 2014

Makassar,........... (Part II)




Dering suara telp membangunkan saya dipagi hari.... huaaaaaaam, masih ngantuk saat itu untuk mengkonfirmasi kepergian ke Pulau Samalona....

Walaupun masih ingin tidur, tapi semangat saya untuk kembali berkeliling Makassar mengalahkannya.. Menyempatkan sebentar membuka kaca jendela kamar dengan view pantai Losari membuat untuk menikmati pemandangan dulu...Sepiiiii tidak ada orang satu pun disana.., bahkan jalan raya nya pun tidak ada satu pun mobil yang melintas, saat itu sekitar pukul  06.00 WITA, jadi mata ini bebas untuk menatap kemana saja... bayangkan jika di Jakarta di waktu yang sama, area pusat kota sudah macet pastinya

View dari kamar hotel

Puas menikmati pemandangan yang sepi, saya mulai membersihkan diri dan packing. Karena hari ini kami akan langsung kembali ke Jakarta...
Setelah saya rapi dan makin cantik.., kami isi amunisi dengan sarapan di hotel sambil menunggu jemputan.., ternyata cukup penuh juga penghuni hotel Aryaduta ini.. mungkin karna termasuk hotel lama yang cukup nyaman dan letaknya strategis...

Sudah rapih, kenyang dan siap jalan – jalan lagi, tapi jemputan tak kunjung datang.., daripada menunggu tanpa ada kegiatan, akhirnya kami jalan kaki ke pantai losari berfoto ria, mumpung sepi..  Matahari mulai terasa terik pukul 8.00 WITA, berfoto pun diselesaikan dan jemputan tiba...
Pulau Samalona menuju tujuan pertama di hari kedua ini, sebelumnya kami harus ke dermaga untuk naik kapal boat menuju pulau... Lokasi dermaga ini dekat tepat di sebrang Fort Rotterdam... Kami cari boat yang ready untuk segera berangkat,, harga yang ditawarkan cukup tinggi Rp. 600.000,- padahal hanya sekitar 30 menit menuju lokasi (bagi orang Makasar satu jam lamanya -_-). Bagus saya sudah cari informasi sebelum berangkat, umumnya harga Rp. 300.000,- akhirnya kami berhasil menawar sebesar Rp. 350.000,-.
Berangkatlah kami kesana, kualitas kapal hampir sama dengan kapal menuju pulau Angsana waktu itu, hanya saja mesin yang digunakan sudah mesin boat yang cepat, dan tidak perlu dikendalikan melalui setir.. kalau di Angsana ketika itu masih pakai mesin manual, dari kecepatan sangat jauh berbeda..

Menuju Samalona
Tiba di Pulau, sedikit kecewa lagii..., pulau yang dasarnya sudah indah dengan pasir putih dan air laut yang jernih, terumbu karang dan ikan-ikan yang sangat menarik ini dapat dilihat melalui snorkeling tidak dikelola dengan baik..  Pulau mungil ini seperti pulau yang tidak berpenghuni, banyak ranting-ranting pohon yang berserakan dan letak rumah yang berantakan tidak tertata membuat pulau Samalona menyusut keindahannya... 

Dimuka pulau Samalona

Entah kenapa ada kain bergelantung di ranting yg kecil




Bagaimapun kondisi Samalona tetap dapat kita nikmati dengan memandang lautan luas, dan menikmati kejernihan air..  Sekitar pukul 08.45 kami berkeliling sedikit, panasnya matahari makin terik, teman saya yang memang tinggal di Makassar langsung nyebur ke laut, berenang bagai ikan kekurangan air (kebayang kan ikan kekerangan air?)tanpa peduli panas yang menyengat..

Tak lama kami di Samalona, berfoto –foto kemudian kembali lagi ke kota Makasar.. Samalona yang mungil dan cantik tetap menjadi tempat yang cukup tenang untuk dikunjungi.. saran saya datang lebih pagi atau sore hari akan jauh lebih Indah...

disamping pulau

Airnya lagi surut niiy..


   
Kembali lagi menuju Kota Makasar, walalupun baru pukul 10.30 perut sudah minta diisi kembali... Konro Karebosi menu berat untuk makan sebelum siang. Daging iga sapi yang besar – besar dengan menu sop ala Makasar dan Iga Bakar bumbu kacang, menambah selera makan yang memuncak..  Dengan porsi yang  cukup besar, maka cukup dua menu untuk tiga orang.. ini aja masih tersisa. 

Istirahat sebentar, sambil mencari beberapa Oleh – Oleh Khas Makassar... Otak –otak, beberapa jenis kue dan kacang-kacangan serta sirup Markisa mengisi keranjang belanjaan kami.., Ada tempat oleh –oleh yang terkenal di Maksar namanya Otak – Otak Ibu Ely, tapi menjual berbagai oleh –oleh lain.. Saat kami membeli, itu penuuh dan susah cari pelayan yang bisa melayani kami, semua sibuk melayani pembeli... Dengan kesabaran tingkat tinggi saya, akhirnya ada juga yang melayani kami... Bisa belanja deh..

Menuju tujuan terakhir Bantimurung..

Bantimurung, salah satu Taman Nasional yang berlokasi di Bulusaraung Sulawesi Selatan berlokasi cukup jauh dari pusat kota Makassar.. kurang lebih 1 – 2 jam perjalanan, Jika berangkat dari Bandara Ujung Pandang, Maros maka lebih dekat.. Taman ini terkenal dengan beraneka ragam spesies Kupu –kupu.

Rasa letih dari hari sebelumnya dan Kunjungan ke Pulau Samalona membuat dua orang teman saya tertidur di mobil menuju Bantimurung... Perjalanan cenderung lebih sepi karena masuk luar kota dan penggunungan. Hanya saja pegunungan disini lebih mengerikan berupa tebing –tebing curam dan tinggi.  

Setibanya di Bantimurung, kami disambut dengan beragam warga lokal yang menawarkan diri menjadi pemandu.. yaaa.. kalau ini sih tidak butuh pemandu, di museum tuuh baru kasih pemandu... Masuk ke dalam dikenai biaya Rp. 25.000,-/ orang.. cukup lumayan juga harganya ya., 

Bantimurung sedikit mirip kebun raya Bogor, tp disini seperti tempat wisata yang lainnya tidak terawat.. tumbuhan pohon kering ada dimana – mana, belum lagi sampah.. mirip hutan yang tidak terurus..
Yang katanya kerajaan Kupu-kupu ini, saya hanya melihat satu ekor kupu –kupu disana, alasannya karena musim panas jadi mereka tidak muncul.. entahlah, apa karna memang tidak dirawat yaa..

Tidak hanya kupu –kupu sebenarnya, tetapi Monyet tanpa buntut juga disini, menurut warga sana karna kemarau para monyet berimigrasi ke daerah lain, dan juga monyet –monyet disini takut jika melihat manusia, beda dengan monyet di Bali yaa.. malah bisa ambil barang –barang manusia.. hehe

Area depan Bantimurung, terdapat museum kupu-kupu.. memang agak memojok dan di depannya sedang ada pembangunan hotel.., jadi saya putuskan untuk masuk nanti saja pas mau pulang. Masuk lagi ke dalam dan sedikit menanjak menuju air terjun Bantimurung yang cukup terkenal..  cukup membuat suasana segar. Banyak yang mandi disini selain turis lokal, turis manca negara juga ada.

depan air terjun


tampak dari atas
Airnya sebenarnya jernih dan bersih.. hanya saja batu disekitar air terjun berwarna kuning.. jadi jika dipandang dari jarak jauh seperti terlihat airnya berwarna kuning. Mungkin kemarau di Sulawesi ini begitu berpengaruh sekali, jadi air terjun pun sedikit. Katanya jika musim hujan berlimpah airnya..


Setelah memandang air terjun kami mendaki ke atas menuju Goa Bantimurung.. sekitar 300 meter dari air terjun menuju goa.. makin sepi area menuju goa karena rata –rata pengunjung hanya ingin menikmati air terjun. Perjalan menuju goa serasa berada di hutan.. tumbuhan yang rindang dan ada danau yang cukup tenang dan Indah,, bahkan ada air terjun mungil yang deras membuat kita benar –benar seperti di hutan pedalaman..
 
air danau yang tenang


air terjun mini
    
Kabarnya, arus danau atau sungai ini bagian dalamnya cukup kencang walaupun dari luar tampak tenang, jadi tidak ada yang berani untuk berenang di danau tersebut.. malah air terjun yang kecil itu dibawahnya terdapat pusaran air, sudah memakan korban beberapa orang yang merasa mampu bermain diarea tersebut..
Jalanan menuju goa ini baru dibangun tahun 2006, jadi kami dengan mudah dapat mencapai goa walaupun mendaki. Sebelum pembangunan para pengunjung harus bergelantung di akar- akar pohon yang besar menuju Goa..,. Sesampainya di goa, udara sejuk begitu terasa keluar dari goa.., dan ada dua orang yang menjaga pintu goa.., karena gelap sekali, jadi disediakan jasa gunakan senter Rp. 30.000 sedangkan lampu petromak Rp. 75.000.. Mahal ya.. karena rasa ingin tau, kami memilih Lampu petromak supaya menyinari secara maksimal..
Depan Mulut Goa
Masuk mulut goa, terlihat bahwa goa ini tidak begitu besar hanya sekitar 100 meter saja.... Memasuki dalam ke goa, aura mistis begitu terasa, apalagi dengan adanya sesaji di dalam goa... sang pembawa petromak menjelaskan bahwa goa ini tempat bertapa seseorang (saya lupa namanya) yang kuburannya juga berada dekat dengan goa.. hiiiiiiiii
Ada beberapa keunikan goa Bantimurung ini, stalaktit dan stalakmit masih terasa hidup dengan banyaknya tetesan air yang dihasilkan.. bahkan ada yang telah menyatu 
Tempat menaruh sesajen

Tempat Bertapa lubang yang menjorok ke dalam

salah satu batu yang terpengaruh aliran air
Goa yang dikenal sebagai goa jodoh ini meyakinkan bahwa dapat mempererat pasangan, ada dua cekungan diantara penyatuan stalaktit dan stalakmit.., jika pasangan berada di kedua cekungan itu.. maka dipercaya akan dipanjangkan jodohnya..., karena saya bersama teman saya disana... jadi kita akan dipanjangkan usia pertemanannya... heheh... Itulah hebatnya Indonesia, banyak mistis yang menarik dan dipercaya... ^_^  
Selain itu juga terdapat genangan air yang tidak pernah kering, air tersebut juga dipercaya dapat mengobati penyakit kulit dan membuat awet muda.. Karena saya selalu tampak muda, jadi saya hanya menyentuhnya saja.. kawatir menjelma menjadi bayi lagi. hehehe

Ada juga stalaktit yang bersalju sangking dinginnya,, jadi kl mau liat salju dari alam, tidak perlu ke luar negeri bisa liat di goa ini walaupun sedikit... hehheeh
Sumber Mata Air yang tak pernah kering

Persahabat yang menyatu seperti Stalaktit dan Stalakmit

Nah ini ni yang bersaljuu

Sebenarnya masih ada satu goa lagi, yang diberi nama Goa Mimpi... panjang goa ini sekitar 1 KM, tetapi untuk menempuh goa tersebut perjalanannya kurang lebih 2 jam menurut warga disana, dan mendaki serta masih menggunakan jalan setapak.. Jadii tentu bukan tujuan kami saat itu



Sekitar 15 menit kami menikmati goa, aura mistis pun berkurang setelah kami keluar. Kembali ke jalan semua menuju museum kupu –kupu..., Museum yang harus kami cari penjaganya (maklum mojok dan ga ada yang datang) akhirnya dibuka dengan biaya Rp. 5.000. Walaupun museum ini kecil Beraneka spesies kupu –kupu ada disini.. dari dalam negeri maupun luar negeri... cuantiiikk dan memiliki bentuk yang unik- unik. 

Museum Kupu -Kupu
Di samping museum ada penakaran kupu –kupu... hanya saja tak ada satu pun kupu – kupu saya  lihat, ada dua kepompong dan satu ulat... alasannya karena musim kemarau.. Entahlah alasan ini bisa diterima secara ilmiah atau tidak.. karena kondisi penakaran ini sangat berantakan dan  tak terawat.. 

bibit tanamannya aja tidak dirawat

Tak berlama –lama disana, kami beranjak ke mobil untuk kembali ke kota Makassar.. , masih sekitar jam 3 sedangkan pesawat kami jam 7 malam berangkat dari Makassar... Sebetulnya masih ada Taman Prasejarang Leang –Leang dan remang – remang sebelum Bantimurung jika dari Maros, Cuma saat itu saya tidak terlalu tertarik, mungkin karna letih dan terlihat tidak terurus tempatnya.., Jadi kami putuskan untuk jalan sekitar Bantimurung arah ke Bone.., disana kami temukan banyak pedagang jagung rebus di sepanjang jalan.. tergiur untuk membelinya. Singgah di salah satu warung jagung rebus, membeli satu posri yang isinya sampai 10 jagung hanya Rp. 10.000 muraaaah ya.

Jagungnya pun unik, warnanya kuning muda, kecil (mirip jagung yang belum tua).. lebih empuk dan lembut. Menurut si pedagang, jika terlalu matang dimasak jagung ini akan berlendir dan dapat dijadikan lem... Baru tau saya ada jagung seperti itu. Cara makan jagung rebus ini pun unik pakai sambal garam yang buat rujak ituu.. , saya coba memang enak sii... yummmii
Jagung yang sudah saya gigit ^_^

Sambil berbincang –bincang melepas lelah dengan jagung mungil ini.. kami menimati tebing –tebing tinggi dan hamparan sawah..., Indahnya Indonesia..

Akhirnya selesai sudah perjalan, saatnya menuju Bandara Ujung Pandang,,.. tapiii perut juga tetap harus diisi lagi dengan menu terakhir dari Makasar Sop Bersaudara. Mirip Coto juga, hanya isinya full daging dan pakai nasi bukan lagi buras... kenyaaaang.

Hanya sekitar lima menit dari lokasi makan tadi, sampai di Bandara..  Kami sudah siap menuju Jakarta lagi dengan rutinitas yang menanti.... 

^_^

Kamis, 06 November 2014

Makassar, Kota Maju di Celebes... (Part I)



Salah satu kota yang selalu ingin saya kunjungi adalah Makassar, daya tariknya membuat saya ingin berkunjung kesana... Kota yang melahirkan banyak pengusaha Nasional yang juga membangun kotanya sendiri sehingga, Makassar cukup maju dibanding propinsi Sulawesi lainnya..

Sebelum berangkat ke Makasar, berbagai informasi dari internet saya kumpulkan supaya perjalanan efektif dan efisien.  Setelah tempat mana saja yang ingin dikunjungi dan menghitung berapa budgetnya, akhirnya saya putuskan berangkat bersama teman kantor. Beruntung kami memiliki teman di Makasar jadi untuk urusan akomodasi dan hotel sudah berees... bisa hemat pulaa.. hehe

Pesawat Citilink kami gunakan untuk mengantar ke Makasar, dengan pesawat jam 05.55 pagi sampai di Makasar 09.25 WITA. Salah satu kesukaan saya mengunakan citilink adalah tepat waktu, kalaupun meleset tidak akan lama.
Tiba di Makasar, kami disambut dengan bandara Ujung Pandang yang cukup bagus.. tanda kota yang sudah cukup maju..
Inilah keuntungan memiliki koneksi di tempat yang ingin dikunjungi, jadi kami langsung dijemput dan diantar kemanapun kami mau... dan perjalanan pun dimulai.. Cihuuuuyy.

Kemajuan kota Makasar sudah terlihat bukan hanya di bandaranya yang berlokasi di Maros, tetapi perjalanan menuju Kota dan Bandara Ujung Pandang langsung dapat melalui TOL, layaknya kita Jakarta.. Bagusnya Tol nya lancaaaaaaaar... bedanya dengan Jakarta...
Tol ini dikelola pihak swasta BOSOWA yang memang perusahaan swasta milik putra Makasar yang cukup menguasai daerahnya..

Rute pertama adalah menikmati sarapan makanan khas, yang sangat terkenal yaitu COTO MAKASSAR.., disinilah kami bertemu teman-teman saya yang akan menemani berjalan-jalan..
Makan coto Makasar di resto yang bernama Coto Nusantara sungguh menggungah selera makan saya, mungkin juga karna lapar...., maklum dipesawat kan tidak dapat makanan.. hehhe
Restonya tidak mewah, tetapi kualitas makanannya mewah... wuenaaak tenan lah.

Karena kebetulan teman kami memang bekerja di salah satu bagian group BOSOWA, yaitu di Yayasannya bagian sekolahnya.. setelah sarapan kami mampir ke sekolah internasional milik bosowa dan Universitas 45 yang sudah dimiliki juga..
Lobi Sekolah Bosowa




Selesai berkunjung, saatnya makaaan, memang di daerah manapun wisata kuliner itu wajib, setiap daerah punya cita rasa tersendiri. Kali ini kami menikamati menu laut... yummiii bgt, saya lupa nama ikannya apa, tapi besar-besar.. dagingnya tebaaal... begitu juga cuminya.. mantabb. Resto Lae lae, yang ramai itulah tempat kami makan...

Sambil menunggu mobil jemputan, kami sempatkan chekin hotel. Kebetulan sekali hotelnya dekat dengan tempat makan jadi cukup dengan jalan kaki. Hotel Aryaduta, hotel lama nan megah dengan posisi tepat di depan pantai Losari, dan beruntungnya saya kamar kami pun memiliki view pantai tersebut... istirahat yang menyenangkan.. ^_^

Waktu terus bergerak ke sore hari, tetapi matahari di Makasar tampak tidak pernah berhenti menyinari kota.. Teriknya itu membuat kami memutuskan untuk berkeliling kota Makasar dulu.. lokasi pertama Benteng FORT ROTERDAM

Depan Benteng

Bnetuknya seperti penyuu kaan..??



Masuk museum berharap dipandu atau dapat brosur gituuuu... ternyata tetap harapanku na’as.. -_- masuklah kami ber2 ke dalam museum yang sepi dan tak berpenghuni itu.. koleksi museum yang sangat menarik ini sangat disayangkan seperti tidak diperdulikan, memang ada CCTV tapi tak ada yang melihat CCTV itu, sangat mudah untuk dicuri.. ya wajar kalau peninnggalan sejarah Indonesia suka berada di negara lain..


Museum pertama bercerita tentang sejarah kerajaan Gowa – Tallo dan masuknya Islam di Makasar, sedangkan museum kedua bercerita tentang zaman prasejarah bagaimana dulu mereka mendapatkan makanan dan alat2nya...  koleksi museum ini beragam sekali dari mulai bendera kerajaannya, kain, rumah-rumah adat, ritual ritualnya... Karena memang di sulawesi banyak ditemukan situs2 prasejarah.  Memori saya langsung muncul teringat masa belajar sejarah tingkat SMP/ SMA yang selalu mengantuk mendengarkannya..  Padahal sejarah sangat menarik kalau dikenalkan dengan cara menarik (*nyalain guru)

Toraja masa lalu hingga saat ini

Bendera kerajaan Gowa-Tallo

Sebagian isi Museum yang sepi ini


Ada yang menarik ketika saya temukan bagaimana para nelayan zaman duluuuuuu menangkap ikan, yaitu membuat rumah ikan yang pernah saya temukan banyak sekali di pantai angsana (baca: wisata pantai angsana, kalsel)..  keren ya, sampai sekarang masih efektif dan tidak merusak biota laut jugaa
keren ya, masih ada smpe sekarang


Ya begitulah sebagain isi museum ini..., menarik tetapi ditinggalkan... 

Selesai dari museum berkeliling ke benteng-benteng yang lain, saat berkeliling kami menemukan petunjuk perpustakaan, berharap mendapatkan brosur atau keterangan tentang benteng ini yang dapat di baca.., sempat bertanya kepada salah seorang petugas yang ada di salah satu bangunan (benteng ini sebagian besar bangunannya dipakai perkantoran pemerintahaan). Tapi tak juga saya temukan dimana perpustakaan itu.., malah yang   ada tumpukan kayu-kayu bekas, meja tenis dengan tumpukan lainnya.. kotor juga.. belum lagi tembok yang dicorat coret penuuuh.. hiks hiks sedih liatnya..


sepanjang tembok bagian belakang atas pojok dicorat coret gini ni


Letih mencari perpustakaan yang tak kunjung ketemu, akhirnya kami keluar dari benteng dan menuju tempat selanjutnya...,
Kebetulan teman kami yang di Makasar bukan penggemar wisata sejarah seperti saya, tetapi menyukai pantai.. dibawahlah kami ke pantai gapura.. pantai ini dekat dengan Fort Rotterdam, bisa jalan kaki juga.. Entah kenapa dinamakan pantai gapura, mungkin karena pintu masuknya harus memalui resort gapura dulu..  Yup, unik ya.. jadi kalau mau ke pantai ini harus masuk ke Resortnya dulu tetapi tidak berbayar, jadi bisa jadi memang nama itu memang dibuat oleh resort tersebut.

Uniknya pantai di kota makasar, kita tidak menikmati pasir lautnya, karena sudah dibangun pantai tersebut dengan bangunan, sperti juga pantai gapura ini. Resort yang dibangun diatas pantai ini memberikan sensasi berbeda, seperti kita menginap di atas laut, dan deru ombaknya keliatan kencang..
Resort Gapura

Menunggu sunset yang belum datang


Tik tok tik tok... lama menunggu sunsite yang tak kunjung datang (ya iyalah masih jam 5 sore kita disana) akhirnya saya putuskan untuk ke Benteng Somba Opu. Lucunya kata teman saya yang tinggal disana itu jauuuh bisa mencapai 1 jam.., tapi pas kami tetap pergi.... ternyataaa dekat, bahkan tidak sampai 30 menit... haddeeeh kayaknya dia hanya malas jalan kaki nya ketika di lokasi nanti, maklum Makassar cukup panas juga.

Sampai di Benteng tersebut, dapat kita masuki tanpa berbayar berisi rumah adat suku - suku yang ada di Sulasewi, layaknya taman mini nya indonesia di Jakarta amat sangat tidak terawat... daun yang kering berguguran bertumpuk, sampah – sampah makanan berserakan, bahkaaan rumah – rumah adat tersebut ditinggali oleh tuna wisma jadi kita tidak bisa masuk ke dalam rumah adat tersebut. Selain itu juga ada jemuran jugaa dan  anjing peliharaan mereka yang  berkeliaran.. kendaraan bermotor berseliweran dengan kencang di area benteng ini, jadi ngeri juga pas jalan-jalan.. waduh waduh.....

Padahal ini aset wisata berharga..., kita cukup ke Benteng Somba Opu untuk melihat rumah adat dan bisa masuk ke dalamnya untuk menikmati suasana di adat setempat. Di lokasi ini pun terdapat air sungai besar layaknya bendungan yang cukup indah untuk dinikmati.., dijaga yuuk daeng..
Salah satu rumah Adat

disamping rumah adat ada jemuran iniiii...

Sungai di Somba Opu

Foto sambil ketakutan di gugukin Anjing dari belakang

Dari Somba Opu kami kembali ke hotel, untuk beristirahat dan membersihkan diri.. teman saya pun pulang ke rumahnya... tapi perjalanan hari pertama belum selsai. Saya berdua dengan teman saya selesai membersihkan diri kembali jalan lagi.. menelusuri depan hotel yang sambil mencari kuliner yang pas.. Kali ini kami mencoba desert yang cukup terkenal di antero Jakarta bahkan sempat membuming dimana-mana ada.. yaituuu Es Pisang Ijo...., Pesanan kami satu es pisang ijo, satu Es Palu Butung yang ternyata sama aja kayak es pisang ijo Cuma pisangnya tidak dibalut si hijau... serta satu mangkuk bakso (*baksonya unik). Kenapa satu porsi semua, karna porsinya disini tuuh supeeeeer besaaaar...
Kenyang makan yang segar –segar, saat nya jalan di pantai losari..  

Pantainya penuuuuh manusia dan aneka jualan baik mainan maupun makanan, spertinya warga disini menghabiskan waktunya di Losari.. , Cuma ya penyakiit dimana-mana ituuu adalah membuang sampahnya semaunyaa aja.. di lautnya juga dibuang.. huft, suseh ye buang pada tempatnya,, tapi memang seputaran pinggir losari tidak ada tempat sampah jugaa, yang ada Cuma besi pengait untuk tempat sampah yang diisi dengan plastik... ada keunikan yang menjadi daya tarik wisatawan juga yaitu dibangunnya masjid terapung disini seperti di Saudi Arabiah – Jeddah. Masjid yang dibangun diatas air ini, cukup nyaman dan bersih.. Untuk beribadah dan sekedar beristirahat sejenak membuat suasana hati lebih nyaman dan tenang.. karena kunjungan kami pada saat musim kemarau maka airnya surut, tetapi pada saat pasang tampang seperti mengapung di air...




Masjid terapung tampak Malam

ni dia ni di siang hari



Saat kembali ke hotel disepanjang jalan depan hotel berjejer Jajanan Pisang Eppe, spsertinya makassar memang cinta dengan pisang, jananannya banyak tema pisang.. Pisang Eppe ini pisang yang dibakar setengah matang kemudian dipipihkan dengan alat lalu diberi berbagai rasa.. Rasa yang diawarkan adalah coklat, keju, kelapa dan duren... karna saya berdua saya memilih dua, rasa duren dan rasa kelapa.. Cuma ya hanya pilihan saja, karna duren dan kelapa nya tidak ada yang ada Cuma coklat dan keju.. ya terpaksa deh pilih dua rasa itu. Apapun pilihan rasamu, semuanya pasti ditambahkan coklat.. hmmmm, cukup enak sebenarnya hanya saja kami masih agak kenyang dan rasa yang diinginkan tidak ada... 






Perut yang penuh ini meminta kembali lagi ke hotel untuk istirahat dan tidur, Pantai Losari pun mulai ringan bebannya dengan berkurang jumlah manusia yang ada disana...
Hari pertama di Makasar cukup membuatku cepat tidur dan beristirahat dengan cantiknya untuk menyiapkan anggenda keesokan harinya...