Senin, 10 Juni 2019

Pesta laylatul Qadr.... (Part III)

Madinah al-Munawaroh, tempat yang paling kurindukan.. Tempat ini memiliki kekhususan di hatiku.. Jika sudah memasuki Nabawi, apapun masalahku, apapun gejolak hatiku.., selalu menjadi tak seberapa. Rasa tenang yang sedemikian kurasa di Madinah membuat semuanya nyaman..
Sebenarnya, kunjungan terakhir Madinah lebih ideal buat fisik saya… tak terbayang kondisi malam-malam akhir ramadhan di Mekkah.., pasti lebih padat dan belum tentu aku sanggup. Jadi tak apa malam akhir ramadan di Madinah... memang Allah sudah mengatur tempat dan waktu yang tepat..

Perjalanan menuju Madinah cukup lancer.., bahkan diiringi hujan lebat.. Ramadan, menuju haram + hujan.. sempurna sekali momen ini. Diperjalanan sekitar 5-6 jam hampir saya manfaatkan untuk tidur.. Mata yang lengket plus kali ini muthowif nya (spertinya masih baru) bicaranya menghadap kaca depan dan mendayu-dayu.., cucok untuk pengantar tidur…

hujan deras......

teduuuuuh lepas hujan..

Tiba di Madinah tubuh terasa segar, karena mendekati waktu berbuka.. aku putuskan untuk berbuka di hotel lalu shalat maghrib di masjid. Ternyata jumlah jamaah di nabawi tidak jauh berbeda dengan makkah. Penuuuuh juga.., hanya saja pintu masuk laki-laki dan perempuan di bedakan, setidaknya lebih terarah. Setelah mendapatkan posisi, shalat kemudian menunggu hingga isya’ dan tarawih tidak jauh berbeda.., tetap kami dihimpit.. Masyaallah haramain memang tempat yang diinginkan untuk beribadah special ramadan.

Madinah memang membuat relaks.., tidur ku lebih lepa.., hingga terlewat tahajud bahkan sempat mengira tidak ada tahajud di nabawi…, karena tidak terdengar sama sekali, saking terlelapnya aku. Tahajud ku lakukan sendiri hingga waktu shubuh, kembali ke hotel. Kali ini aku tidak ikut rombongan untuk ke Raudoh.., karena pada saat Ramadan waktu ke raudoh untuk wanita hanya dibatasi pada pagi hari, sedangkan peminatnya cukup besar. Pengalaman sebelumnya ke Raudoh yang berdesakan dan dibatasi waktu membuatku tak nyaman untuk khusuk shalat dan berdoa… aku lebih memilih di bagian masjid yang lain untuk menikmati ketenangan dalam berkhalwat..
Dan memang luar biasa, lepas shubuh menuju dhuha susana ketenangan, keheningan ku dapati… Oh Allaaaah betahnya aku berlama-lama di masjid kekasihMu….
Bagaimana dengan Raudoh saat itu…? Khusus jamaah perempuan Raudoh memang tak bisa dikunjungi setiap saat.. ini yang membuat setiap ada waktu kyang disediakan selalu penuh.., apalagi kali ini Ramadan. Menurut cerita temanku, mulai dari waktu shubuh para wanita mulai berbondong-bondong ke area menuju Raudoh.., bahkan sudah terjadi dorongan (ini masih shalat shubuh loh)… lalu pada saat di lokasi, saking penuh dan antusiasnya semua ingin beribadah di raudohnya.. Group jamaah ku ini membuat pagar betis untuk melindungi teman-temannya yang shalat… karna jika tak dibuat perlindungan ini, dorongan, tendangan dan geseran secara sesukanya itu terjadi.. Ya beginilah kondisi Raudoh di tempat perempuan. Entah kenapa ya kerusuhan ini terjadi di jamaah perempuaaan….. (bingung)

Sama seperti kondisi di Mekkah, waktu berbuka, shalat maghrib dan tarawih tetap penuh, berdesakan… ini jaaaaauh berbeda loh dengan kondisi jamaah laki-laki.. sangaaaaat rapiiih. Bahkan beberapa kalangan berlomba untuk menyediakan tempat duduk dan berbuka untuk jamaah lain.. OOOH wanitaaa kenapa beginiiiii..? memang susah ya tertib itu..??


kaki campur menu... hehehhehe

Untuk aktivitas di Madinah aku lebih banyak sendiri.., karena Susana nabawi selalu membuatku terlena untuk berlama-lama di masjid. Berkhalwat, tilawah, dzikir, bercerita hingga mengeluh ku lakukan di masjid ini. Cukup Aku dan Allah, benar-benar dapat ku nikmati, terutama di waktu pagi. Yang menarik lagi dari madinah aku selalu mendapati kelompok-kelompok orang menawarkan menu sahurnya di pelataran masjid dan luar masjid… banyaaaaaak sekali, kita tinggal pilih mau menu apa. (sebenarnya ini jg terjadi di berbuka hanya pada jamaah laki-laki yang terlihat, wanita terlalu rusuh.. heheheh). Dari di mekkah dan madinah memang aku jarang menggunakan fasilitas sahur dan berbuka dari hotel., karena ingin mengambil kesempatan di masjid pada saat waktu-waktu tersebut.

Berbeda dengan Mekkah, arah keluar masjid lebih jelas (walaupun di mekkah jg ada). tapi kami tidak harus melewati orang-orang shalat. Tak berbeda jauh pula lokasi luar pelataran masjid nabawi, penuh. Saat malam 27 aku memilih dipelataran luar.. cuaca juga panas, tapi tidak seterik Mekkah, tetiba lagi ada seorang ibu yang mendekatiku dan mengajak mengobrol, kali ini berasal dari Malaysia (masih satu rumpun juga lah yaa..). Ia seorang guru dan kepala sekolah yang telah pension.., gaya bahasanya lembut dan santun. Setelah bercerita, ia langsung mendoakanku dengan antusiasnya… banyak sekali doa yang dipanjatkannya…, begitu terdengat lembut dan tulus. Aku tak bisa menahan haru, rona bahagiaku menyatu memecah tangis.. ku aminkan semua doanya sambil ku doakan kembali Ia….. Oh Allah beginikah indahnya persaudaraan seorang muslim…., saling mendoakan walaupun kita tak saling kenal. Indaaaah

Pelataran masjid, pesis depanku tidur lelaap sekali

Malam itu memang malam 27, tentu Nabawi cukup ramai….,  kebetulan sekali aku berada di area luar dekat saudagar arab kaya raya  yang membuka lapaknya untuk berbuka dan membagi-bagikan berbagai macam hadiah.. walhasil tiba-tiba tempatku dipenuhi dengan wanita-wanita Pakistan yang menyerobot tempat.. untuk berebut menu berbuka dan hadiah yang dibagikan….. Daaaaaan seketika bubar saat tempat harus dibersihkan…… byaaaaaaaar.. rusuh dan hebooh.. Aku tertawa, betapa serunya Ramadan disini, kemeriahan dan makan bersama.. layaknya sebuah pesta yang dilakukan tiap malam untuk mengapai Laylatul Qadr, semua berbondong-bondong menikamati sarana yang disediakan. bagaimanapun posisi dudukmu.., terhimpitnya saat shalat tetap bisa dinikmati. Hatimu terpuaskan, fisikmu bertahan.. kekuatan yang luar biasaaaa

kondisi menunggu tarawih di pelataran masjid.
sbnrnya semua sdh letih secara fisik tapi tetap bertahan

Aku bahagiaaa dan ingin kembali di Ramadan –Ramadan selanjutnya menikmati pesta Laylatur Qadr jaaaauh lebih lama lagi di Haramain…. Aamiiin…



Sabtu, 08 Juni 2019

Pesta Laylatur Qadr..... (Part II)


Perjuangan kami di pesta awal malam- malam laylatul Qadr.. 
Setelah mendapatkan tempat seadanya, kami berusaha duduk senyaman mungkin, sambil memperhatikan orang sekitar. Aku berusaha membenamkan diri dengan membaca qur,an dan temanku berdzikir, tapi tak semudah itu… lalu lalang orang sekitar, kemudian sebagaian antri ambil air zam-zam yang tepat di samping depanku membuat riuk suasana… belum lagi tiba2 tumpah lah air zam-zam.., Rusuuh langsung... aku dan temanku tetap duduk manis sambil geleng-geleng..
lalu yang mengejutkan ada saja seorang ibu yang tiba-tiba duduk di tengah-tengah mengambil tempat… saking shock nya kami ber2 hanya bisa saling pandang, bergeser dan menghimpit.. Dalam keadaan seperti itu pembagian kurma untuk berbuka diberikan dengan cara dilempar.. (seketika aku merasa seperti pengungsi…). Mendekati waktu berbuka keadaan mulai kondusif, walaupun duduk terhimpit, (bingung nanti shalat, sujudnya gimana ini…?)😓

area tempat aku dan temanku duduk 
Dua gelas air zam-zam, kurma dan segelas jus amat sangat cukup memenuhi kebutuhan tubuh. Pada saat shalat magrib berjamaah, aku dan temanku yang bertubuh kecil tiba-tiba menciut dihimpit kanan kiri depan belakang.. Sujud meringkuk, antara kepala dan lutut nyaris menyatu, jari tangan untuk tumpuan sujud merapat layaknya kucing yang kedinginan… Apalagi pada saat posisi tahiyah akhir… luar biasaaah…. Posisi yang amaat sempurnaa..
Inilah malam pertamaku di Masjidil Haram….

Lepas shalat Magrib, kami memutuskan untuk pindah ke area atas, mencari tempat yang lebih nyaman lagi untuk isya’ dan tarawih. Dapatlah kami tempat untuk meluruskan kaki walupun miring sedikit, tapi lebih baik dari sebelumnya. Duduk kami sambil memperhatikan banyaknya manusia, rata-rata mereka sibuk dengan menu berbuka, ada beberapa yang mulai tilawah dan berdzikir.. keseibukan yang indah, layaknya pesta yang dinikmati masing-masing kelompok.

Kami memutuskan untuk tetap di dalam masjid hingga tarawih, oleh karena itu kami membatasi asupan berbuka supaya tidak perlu ke toilet, yg toiletnya berada di luar masjid, dan jangan berharap dapat masuk lagi jika sudah keluar. Tapi Allah tetap memberikan rezekinya.. entah karena aku tampak kurus atau gimana, ada saja yang melihat ke arahku dan memberikan makanan, mulai dari bubur arab, bolu, teh hingga coklat. Allahu akbar, disaat menjaga asupan malah asupan diberikan dari segala sisi., si pemberi pun memastikan aku langsung memakan dan menghabiskannya saat itu juga. Yang ada dibenakku saat itu ”nanti bagaimana ini kalau aku mau ke toilet…. 😓😓 Temanku cekikikan melihatku diminta menghabiskan makanan, bahagia sekali dia. Dengan segala kebaikan hati yang kupunyaa dan dasar menghargai, aku menghabiskan semua makanan yang diberikan, sambil berdoa bahwa Allah akan menjaga saluran pencernaanku hingga selesai tarawih.

Jarak antara Maghrib dan Isya’ lumayan panjang sekitar 2 jam (19.00 – 21.00), hingga waktu isya’ tiba manusia-manusia mulai berdatangan kembali, dan kami berdua pun sedikit terhimpit.. tak apalah masih bisa shalat. Sambil tak hentinya orang berdatangan di saat shalat berlangsung, posisi kami makit menciut lagi, belakangku marah karena sajadahnya ku injak dan dia kawatir tak bisa sujud, padahal kepalaku pun disundul jamaah di depan… sebagai orang baik seperti ku.. ya terima sajalah sampai 8 rakaat tarawih.., tapi ternyata setelah 8 rakaat kami bingung lewat mana keluar, akhirnya lanjut hingga 20 rakaat. Kalau bukan karna Allah kami tidak akan kuat dengan posisi shalat begini hingga 22.30 malam.

Butuh sekitar 40 menit untuk keluar masjid karena kepadatan manusia, perut kami keroncongan, dan hajat tubuh pun minta dikeluarkan.. disempatkan membeli makanan saat menuju hotel, tanpa sadar yang kami beli dominasi karbohidrat, bahkan temanku tak ingat dia tak ada minum. Tiba di hotel, mampir ke restonya untuk minta air yang ternyata sudah tutup, jadi ke kamar sajalah, berharap teman sekamar lainnya dapat berbagi air yang ternyata sudah tertidur lelap. Karena malas untuk turun lagi ke bawah beli air,  akhirnya berbagi Air zam-zam yang ada bahkan air zam2 untuk splash wajah akhirnya diminum temanku. Sambil cekikikan kami benar-benar menikmati malam pertama di haram. Lengkap sudah keseruan ini… La’ Haula Wala quata illa billa….

00.30 kami memejamkan mata, seperti antara sadar dan tidak suara takbir shalat tahajud sudah dimulai lagi sekitar 00.45.., kelopak mataku seperti melekat tak bisa membuka, hatiku bergejolak meminta segera bangun untuk tahajud.. suara merdu Sudais melantunkan ayat akhirnya membuatku memaksa bangkit di jam 01.30, temanku pun terbangun.. bersiap kita tahajud.. Saat keluar hotel, jamaah sudah memenuhi area kosong manapun.. yang tersisa hanya jalanan tenpat alu lalang orang dan mobil.. aku masih berfikir d depan masih ada space, tapi nihil. Dan memaaang penuh luar biasa, shalat lah kami dipenghujung witir di pinggir jalanan, Saat Sudais melantunkan doa nya melalui Qunut.. belum ada Haru, aku belum menikmati…. (sedih)

Selesai Tahajud, bagaikan lautan manusia tumpah ruah.. semua berusaha kembali ke hotel atau menuju dalam masjid. Kami hanya menuju pelataran masjid untuk tahajud sendiri dan menunggu hingga shubuh dengan bekal sahur yang kami bawa plus botol kosong air untuk diisi zam-zam supaya tak ada lagi dahaga sesi dua J

Tawaf kami lakukan lepas shubuh, targetku bisa tawaf setiap datang ke masjid… tapi tak semuanya terlaksana.. kondisi Ramadan ini sungguh berbeda dengan hari biasa. Tak mampu menunggu syuruk, kami kembali menuju hotel untuk beristirahat sejenak sambil menyusun rencana hari ini harus lebih stabil lagi…. 
Bukan hal yang mudah untuk tidur dalam kondisi fisik yang cukup lelah.. sehingga aku hanya berbaring sambil beberes.. pk. 10.00 pagi kami sudah menuju masjid untuk dhuha lanjut zhuhur. Mendapati tempat nyaman duduk di masjid dengan karpet empuknya untuk sejenak tidur melawatkan tawafku… Ibadah waktu pagi dan siang memang lebih kondusif.. tapi kali ini kami tidak ingin seperti hari sebelumnya. Maka sebelum ashar kami sudah kembali ke Masjid.., Kami ber4, teman sekamar ku yang lain ikut serta.. tempat sudah dapat, posisi cukup kondusif. Kami siap Malam ini…!!

Waktu yang bergerak menuju berbuka, para manusia pun bertambah dan terus bertambah.. terus dan teruuuuus.. para azkar masjid mempersiapkan menu berbuka untuk jamaah.. Kebanyakan jamaah memang ada yang membawa bekal masing-masing.., bahkan ada yang sengaja membawa banyak untuk memberikannya kepada yang lain. Kalau kami…?? Cukup botol air berisi zam-zam… 
Pada saat inilah pesta berbuka yang unik.. duduk lah seorang ibu disampingku dengan membawa bekal yang cukup banyak., karena memiliki sedikit modal berbahasa Arab didukung wajah arabku yang mempesona, sang Ibu ini menyapa dan sedikit ngobrol.. Ia berasal dari Yaman (satu darah lah yaa…). Lalu ia berbagi menu berbukanya denganku… banyaaaaaak sekali… kompliiiit dari menu berat hingga ringan (bubur, gandum, yogurt, kue, kopi, hingga apel) . Ku bagi lagi dengan temanku,.. terus tak henti-hentinya ia beri aku menu.. bahkan sampai obat pegal diberikannya padaku.., yakin jika tak kutahan, diberikannya aku kunci rumah dan diangkatlah aku jadi anaknya…..

Ini adalah malam yang paling unik.., kami memutuskan hanya 8 rakaat tarawih.. sebelumnya sudah menerka-nerka jalan keluarnya.. Yakin dengan terkaan. Tibalah di raakaat terakhir 8.. dengan PD nya kami br3 bergerak langsung kearah jalan keluar (1 orang temanku sudah kembali ke hotelsebelumnya). Ternyataaaaa jalan yang kami asumsikan jalan keluar, SALAH…! Itu adalah jalan menuju tong-tong zam2.. dengan raut kebingungan.. dan shalat dimulai kembali.. kami yang imut2 ini berlari layaknya tikus yang kawatir tertangkap.. lari ini mentok, belok sana mentok lagi… para jamaah mengira kami akan mengambil tempatnya.. di dorong sana.. dihadang saat jalan.. jatung berdetak keras, kawatir pada saat sujud kami masih terjebak di tengah-tengah jamaah…. Dengan saat terpaksa, kami tetap terus bergerak sambil berlari.., tak tau apalah yang kami lewati.. akhirnya menemukan jalan… huff tikus-tikus lepas juga.

Tiba di hotel lebih awal dari malam sebelumnya, setelah makan aku tertidur hingga tiba waktu tahajud kembali.., semua terlelap keletihan.. memang sangat wajar. Duduk dari ashar hingga tarawih tanpa ada senderan, kaki hanya bisa dimiringkan.. beberapa kali mengganti posisi duduk. Jika ingin rebahan, dengan cara meringkuk.. Jadi aku hanya sendiri berangkat Tahajud kali ini.., tetap tidak mendapatkan tempat di dalam..

Malam terakhir di Mekkah… malam ke 25. Karena pagi dan siangnya kami city tour dan umroh ke2 serta cuaca semakin puanaaaas, manusia semakin penuuuuuh. Sudah cukup bagi kami berdesakan menuju berbuka. Badan remuk redam.., sehingga kami memilih di luar masjid, tepat di depannya.., ramai tapi masih ada tempat kosong. Sekitar pukul 16.30 kami duduk di pelataran masjid.. Matari masih cukup pekarsa.. atribut lengkap (kacamata, masker hingga paying) tapi tetap kami seakan dipanggang… teriiiik, suhu sekitar 40-41 derajat.
suasana di luar masjid
menjelang berbuka...

Tak peduli seberapa terik dan panas suhu saat itu, tetap manusia berdatangan. Pk. 17.30 pembatas tempat kami sudah ditutup, tapi para wanita2 arab tetap berusaha masuk… sasaran kembali pada kelompok kami.. apa karena kami imut..? Kondisi tetap sama dalam dan luar setelah waktu berbuka.. Tetap kami jalani prosesi ini….

Mungkin memang Ramadhan ini khusus 10 malam terakhir semua berbondong-bondong ingin mendapatkan laylatur Qadr, berlomba-lomba menikmati suasananya bagaimanapun kondisinya.. Malam 25 ini lah aku menikmati tahajudku. Suara merdu Sudais.., doa-doa yang dipanjatkat, hingga suara kesedihan Sudais tak bisa lagi menahan deras derai aimataku…, Membuatku begitu malu dengan Allah atas semua list doa egoisku… Oh Allah tak sanggup lagi aku meminta pada-Mu.., keluh lidah ini malu atas semua yang telah Engkau berikan..

Jumat, 07 Juni 2019

Pesta Laylatul Qadr di Haramain.. (Part I)


Impianku untuk menikmati Ramadan di Haramain akhirnya terwujud.., Allah bahkan meningkatkan realitanya pada 10 hari terakhir Ramadan.. Melalui seorang teman pengelola salah satu travel umroh yang luar biasa ini jalanku makin dipermudah menuju kesana, walupun setiap permintaan pribadi pada temanku itu tak ada yang dipenuhinya 😜…

Tidak ada persiapan khusus menuju tanah haram selain menyelesaikan kewajiban pekerjaan di kantor yang menumpuk.., agar bisa lebih tenang disana. Ini kali pertamaku melaksanakan umroh di Ramadan, special pada 10 malam terakhir.. Antusias dan semangat.

Karena sang pengelola travel adalah seorang teman, tak banyak pertanyaanku tentang jadwal dan hotel yang akan kutempati. Keyakinan dan kepercayaan sebagai teman sudah cukup buatku.. Hanya saja sempat ada sedikit penyesalan ketika mengetahui jadwal perjalanannya pada saat hari H.. yaitu ke Makkah dulu baru ke Madinah, diluar kebiasaan umum paket umroh yang biasanya Madinah lalu Makkah. Karena harapan besarku dapat malam 27 di Makkah bukan Madinah. (ah.. mengapa tak kutanyakan sejak awal…)

Mencoba mengelola hati untuk menerima jadwal tersebut, aku pun berangkat sekitar pk. 20.00 WIB. Bismilah…. Maskapai yang kami gunakan adalah SV, aku selalu suka dengan maskapai ini karena menyediakan tempat shalat di bagian belakang.. Tempat shalat ini cendrung sepi, entah karena jarang yang mengetahui atau memang penumpang lebih suka shalat sambil duduk. Kondisi ini yang paling ku suka sehingga saat kita jenuh di dalam pesawat bisa sejenak merasakan sensasi shalat seakan “melayang” dengan getarannya di dalam pesawat… buatku meningkatkan kekhusyu’an & rasa syukur….

Setelah menempuh lebih dari 9 jam, tibalah di Bandara Udara King Abdul Aziz Jeddah khusus terminal Haji & Umroh sekitar pk. 01.30 waktu Arab.. Memang dibedakan penurunan penumpang Reguler dengan jamaah ., sebenarnya ini cukup baik sehingga pelayanan juga menjadi khusus. Hanya saja hal yang paling aku tidak antusias adalah pada fase ini.., fase imigrasi Bandara Jeddah khusus haji & umroh… Haddeeeeeh entah kenapa ya dari tahun ke tahun itu petugas imigrasi bandara tidak professional sekali.., sambil ngobrol lah, liat yutub lah.. ngasal lah… Tapi ya mau gimana lagi, professional ataupun tidak toh tetap orang berbondong-bondong akan kesana juga.

bagian luar bandara haji & umroh Jeddah
(tempat menunggu jamaah)


Setelah Fase imigrasi selesai, keluar lah kami dari Gedung Bandara menunggu bagasi dan lainnya yang diurus travel.. Di lokasi ini aku bertemu dengan teman sang pengelola Travel dan sang Muthowwif yang juga temanku (waalupun ia menghindari aku jadi jamaahnya).
Sebagai seorang teman yang baik, jiwa ramahku bergejolak ingin meledek. Kurang lebih sekitar 2 tahun lah kami tidak bertemu, jadi hampir lepas kendali membully.. tetapi karena mereka ja’im ya akhirnya kukendalikan dirilah.. maklum depan jamaah… 😝😝😝

Sang CEO, walaupun ja'im, cekatan sekali mengurus jamaahnya
kereen.., sangat profesional

Sesuai jadwal kami dari bandara menuju Makkah dan langsung umroh, maka proses menunggu bagasi diisi dengan miqot dan mengganti kain ihrom (miqot dapat dilakukan juga pada saat di pesawat dengan titik yang ditentukan). Bagi wanita pakaian ihrom adalah pakaian yang menutup aurat, sehingga aku tidak mengganti lagi sampai tiba nanti di hotel. Proses menunggu bagasi dan lainnya memang agak lama, sehingga sahur dan shalat shubuh dilaksanakan dibandara., setelah semuanya beres sekitar pk. 06.00 kami menuju hotel di Mekkah untuk siap-siap umroh.. Rasa letih masih belum mengurangi semangat menuju Masjidil Haram

Tibalah kami di Hotel Makkah pk. 07.30, jarak antara hotel dan Masjidil Haram sekitar 300 meter. Kunci kamar dibagikan, satu kamar berisi 4 jamaah., tidak sulit untukku beradaptasi apalagi masih tergolong setara. Kemudian masuk kamar, bersih-bersih sebentar lalu bersiap umroh.
Biasanya aku tidak pernah menggunakan mekena untuk umroh, tetapi karna jamaah di haram ternyata cukup padat, dan aku kawatir diculik orang arab, maka ku putuskan untuk menggunakan mukena travel supaya terlihat.
Kami berangkat dari Hotel sektar 8.30 pagi, Matahari sudah menampakan keperkasaannya yang terik dan suhu saat itu sekitar 37’  sehingga kacamata hitam dan masker menjadi wajib.

Kebetulan sekali salah satu teman sekamarku adalah teman duduk juga di pesawat, sehingga kami langsung akrab. Usia yang masih muda dan kali pertama umroh buatnya membuat jiwa pengayomku muncul, ia sudah langsung seperti adik yang kuarahkan dan kulindungi…

Entah saking semangat atau kepanasan aku dan temanku ini tiba duluan di depan masjidil haram.. dan kuliat ada rombongan travel yang sama dan dipimpin oleh temanku sebagai muthowwifnya. Tanpa peduli apakah itu group yang benar, bahkan namaku tak disebut, aku dan temanku mengikuti saja prosesi umroh bersama group ini..

Matahari makin terik, panas pun mulai terasa di pipi, sedangkan masker harus dilepas.. Kuinjakan kakiku di Masjidil haram tepat 22 Ramadan. Belum ada rasa haru di hati, masih terasa mimpi Ramadan aku tiba. Mulai mendekati ka,bah untuk melakukan tawaf, sejenak mataku melihat dan merasakan kemegahannya…. Aku tak bisa berkata-kata, betapa rindunya hati ini menjumpaimu lagi…, tak ada tempat yang dapat memberikan kepuasan hati seperti ini.. Oh Allah panggil aku kembali

Mungkin karna bukan kali pertama umroh, aku hampir tidak mengikuti group jamaah, sambil melihat temanku kawatir dia tertinggal. Setelah tawaf – sa’i dan tahalul, temanku menyadari bahwa kami di group yang salah, dan aku masih tak peduli.. 😐😐😐😐
Lepas prosesi umroh, aku dan temanku menunggu waktu zhuhur sambil beristirahat di masjid, kebanyakan dari jamaah kembali ke hotel karna panas memang mulai memanggang wajah dan kaki terasa letih (disinilah fungsi penting rutin berolahraga).

Selesai Zhuhur kami kembali ke hotel untuk istirahat sejenak, tapi ternyata melewati waktu ashar… sekitar jam 4.30 kami baru menuju masjid dan luaaaaaar biasa ternyata sudah penuh.., di Masjidil Haram ini tergolong unik, jadi kami harus keliling mencari tempat untuk wanita.., rencana ingin dekat di ka’bah pupus langsung karna tak ada tempaat….. penuuuuuuuuh, sampai sekitar 30 menit akhirnya dapat juga…

Inilah yang menjadi awal mula perjuangan aku dan temanku untuk beribadah di malam-malam Ramadan yang luar biasa selanjutnya…😉

Jumat, 11 Mei 2018

Puasa dan Kedewasaan

Cukup banyak pembahasan tentang manfaat puasa, mulai dari kesehatan fisik, mental hingga hubungan sosial.
Dari semua pembahasan ada hal yang sepertinya kita terlewat, bahwa tak sekedar sesaat manfaat puasa itu, tetapi bisa mendewasakan diri.

Puasa,. sesungguhnya bagian dari aktivitas kita sehari-hari, Karna saat itu sesuatu yang dihalalkan dikendalikan dalam batas waktu tertentu. Kita berhak untuk makan dan minum tetapi karna kesepakatan ibadah maka hal itu dikendalikan hingga waktunya.

Begitu juga dalam keseharian, kita tak mungkin memakai seluruh baju di lemari dalam waktu bersamaan, tak mungkin menggunakan semua ruangan dalam waktu yg sama, semua hal sesungguhnya dibatasi. Jadi puasa adalah bagian dari keseharian kita.

Sejatinya jika puasa sudah menjadi bagian dari diri, tidak hanya persoalan makan dan minum atau menahan nafsu. Tetapi jauh lebih dalam akan ada pengendalian diri yang luar biasa, yg halal saja dikendalikan apalagi yang terlarang…, bukankah ini luar biasa. Tidak hanya soal nafsu negatif, tapi jauh dari itu. Bagaimana kita dapat mengendalikan peluang menikmati dunia,  berbangga diri atau lainnya yang notabene tidak merugikan orang lain.

Selama ini dunia selalu memberikan peluang untuk melakukan apapun, apalagi jika memiliki keleluasaan secara finansial dan kekuasaan. Bisa membeli apapun yang diinginkan, dihormati bahkan mungkin ditakuti karna posisi. Lalu bagaimana dengan yang tidak memiliki keleluasaan itu, bersedih.., mengeluh bahkan mungkin memelas,.. 
Oleh karena itu, kita membutuhkan pengendalian diri. Apapun posisinya, bagaimanapun kondisinya.., tetap dibutuhkan kontrol untuk semua keinginan dan hati sehingga tetap dijalur. Tidak berlebihan.. Menikmati secukupnya ataupun bersedih secukupnya.. Bila air yang sedikit cukup untuk menyelamatkan kita dari dahaga, maka gunakan air banyak untuk kemaslahatan yang lain…

Pengendalian diri ini menjadi ciri kedewasaan, karena saat seorang anak menyukai sesuatu, ia akan terobsesi untuk memilikinya. Sebagaimana perkataan Umar bin Khatab;

“When you love, do not love like a child who becomes obsessed with something he loves. And when you hate, do not hate to the point where you want to see someone be destroyed”


Prinsip puasa adalah pengendalian terhadap diri.., jika saat berbuka tetap lepas dari pengendalian, artinya masih butuh waktu untuk diri melatih lagi. Terus dan terus latih diri sehingga terus menerus kita dapat kuasai diri, itulah mengapa Allah menyediakan ibadah puasa sunnah lainnya. Karna manusia yang terkendali adalah manusia yang dewasa…