Senin, 30 Juni 2014

Sejatinya Ramadhan itu Sederhana

Sudah hal yang biasa jika kita mendapati harga kebutuhan pokok yang meningkat menjelang ramadhan, bahkan jauh diatas harga biasanya, hal ini akan berlangsung hingga akhir liburan hari raya lebaran.. Bukan hanya harga yang mengalami peningkatan tetapi juga pusat perbelanjaan baik yang modern maupun tradisional penuh terutama yang mejual kebutuhan sandang diawal maupun akhir ramadhan..

Tentu hal ini memiliki alasan yang “baik” menurut kebanyakan orang. Seperti “bukankah ini semua untuk mendukung puasa ramadhan, menyajikan makanan yang special dan istimewa,”. Yup inilah yang membuat rata-rata orang Indonesia akan berbelanja untuk memasak dan memakan aneka hidangan yang istimewa ketika berbuka dan juga sahur. Memang sekilas hal ini terlihat positif, tapi apakah sejalan dengan makna ramadhan itu sendiri..

Mari kita berbicara dengan logika, umumnya kita makan 3 x sehari jika tidak berpuasa, tentu kebutuhan makanan lebih banyak dari yang berpuasa yang cuma 2 x sehari. Jika kebutuhan makanan berkurang maka bahan makanan yang kita beli juga berkurang., otomatis uang yang keluarkan juga akan berkurang… tetapi pada kenyataannya tidak demikian, justru bisa lebih dari 2x lipat atau bahkan luang yang kita keluarkan untuk berpuasa lebih banyak. Kita memang makan 2x, magrib dan sahur. Tetapi porsinya jauh lebih banyak dan jenis makanan yang disajikan pun beragam dari mulai minuman hingga makanan penutup, lengkaapp! Bahkan snack pun ada yang kita santap lagi setelah tarawih.. Jadi bukan berkurang kan??? Wajar saja beberapa orang bilang “jika puasa berat badanku tidak menurun malah bertambah”….

Dari sekian banyak makna ramadhan, terkadang kita lupa dengan makna yang cukup esensial yaitu kesederhanaan. Bukankah dengan puasa Allah mengajarkan kita bagaimana kita bisa merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan?? (kalau cuma 13 jam, setelah itu bisa makan yang jauh lebih enak apa akan merasakan penderitaan itu??) Bukankah dengan puasa kita bisa konsentrasi beribadah karena waktu kebutuhan ‘perut’ berkurang..?? Bagaimana mau konsentrasi ibadah jika kita juga konsentrasi menyiapkan menu berbuka dengan aneka ragam sajian..?

Kita juga faham betul, dengan berbuasa kita dapat meningkatkan kesehatan, dan membuang racun yang ada di dalam tubuh, apakah hal ini akan sukses jika saat kita berbuka menu yang ada penuh, beraneka ragam dan dimakan semua..?? Menjaga menu sahur dan berbuka dengan gizi yang baik apa harus beraneka ragam, bahkan menu umum di bulan ramadhan seperti kolak, aneka gorengan malah memiliki kolestrol yang tinggi..

Kita terlupa dengan makna itu. Menyiapkan sajian istimewa di bulan ramadhan tidak ada salahnya selama kita tetap bisa sederhana dan mengajarkan hal itu kepada keluarga.. membuat semangat berpuasa dengan sajian juga tidak harus membuat beraneka ragam menu sehingga kita hanya menanti kapan waktunya berbuka jadi bisa menikmati itu semua.. Sadar kah kita, saat berbuka menu apa saja akan terasa enak pada saat kita lapar.., minuman apapun akan terasa nikmat pada saat kita haus.. Ini juga menjadi esensi rasa syukur atas semua nikmat yang diberikan.


Jadi bagaimana cara kita memahami kesederhanaan jika kita mengeluarkan uang lebih pada bulan ramadhan hanya untuk kebutuhan sandang.??