Sudah hal yang biasa jika kita mendapati
harga kebutuhan pokok yang meningkat menjelang ramadhan, bahkan jauh diatas
harga biasanya, hal ini akan berlangsung hingga akhir liburan hari raya
lebaran.. Bukan hanya harga yang mengalami peningkatan tetapi juga pusat
perbelanjaan baik yang modern maupun tradisional penuh terutama yang mejual
kebutuhan sandang diawal maupun akhir ramadhan..
Tentu hal ini memiliki alasan yang “baik”
menurut kebanyakan orang. Seperti “bukankah ini semua untuk mendukung puasa
ramadhan, menyajikan makanan yang special dan istimewa,”. Yup inilah yang
membuat rata-rata orang Indonesia akan berbelanja untuk memasak dan memakan
aneka hidangan yang istimewa ketika berbuka dan juga sahur. Memang sekilas hal
ini terlihat positif, tapi apakah sejalan dengan makna ramadhan itu sendiri..
Mari kita berbicara dengan logika,
umumnya kita makan 3 x sehari jika tidak berpuasa, tentu kebutuhan makanan
lebih banyak dari yang berpuasa yang cuma 2 x sehari. Jika kebutuhan makanan
berkurang maka bahan makanan yang kita beli juga berkurang., otomatis uang yang
keluarkan juga akan berkurang… tetapi pada kenyataannya tidak demikian, justru
bisa lebih dari 2x lipat atau bahkan luang yang kita keluarkan untuk berpuasa
lebih banyak. Kita memang makan 2x, magrib dan sahur. Tetapi porsinya jauh
lebih banyak dan jenis makanan yang disajikan pun beragam dari mulai minuman
hingga makanan penutup, lengkaapp! Bahkan snack pun ada yang kita santap lagi
setelah tarawih.. Jadi bukan berkurang kan??? Wajar saja beberapa orang bilang
“jika puasa berat badanku tidak menurun malah bertambah”….
Dari sekian banyak makna ramadhan,
terkadang kita lupa dengan makna yang cukup esensial yaitu kesederhanaan.
Bukankah dengan puasa Allah mengajarkan kita bagaimana kita bisa merasakan
penderitaan orang-orang yang kekurangan?? (kalau cuma 13 jam, setelah itu bisa
makan yang jauh lebih enak apa akan merasakan penderitaan itu??) Bukankah
dengan puasa kita bisa konsentrasi beribadah karena waktu kebutuhan ‘perut’
berkurang..?? Bagaimana mau konsentrasi ibadah jika kita juga konsentrasi
menyiapkan menu berbuka dengan aneka ragam sajian..?
Kita juga faham betul, dengan berbuasa
kita dapat meningkatkan kesehatan, dan membuang racun yang ada di dalam tubuh,
apakah hal ini akan sukses jika saat kita berbuka menu yang ada penuh, beraneka
ragam dan dimakan semua..?? Menjaga menu sahur dan berbuka dengan gizi yang
baik apa harus beraneka ragam, bahkan menu umum di bulan ramadhan seperti
kolak, aneka gorengan malah memiliki kolestrol yang tinggi..
Kita terlupa dengan makna itu. Menyiapkan
sajian istimewa di bulan ramadhan tidak ada salahnya selama kita tetap bisa
sederhana dan mengajarkan hal itu kepada keluarga.. membuat semangat berpuasa
dengan sajian juga tidak harus membuat beraneka ragam menu sehingga kita hanya
menanti kapan waktunya berbuka jadi bisa menikmati itu semua.. Sadar kah kita,
saat berbuka menu apa saja akan terasa enak pada saat kita lapar.., minuman
apapun akan terasa nikmat pada saat kita haus.. Ini juga menjadi esensi rasa
syukur atas semua nikmat yang diberikan.
Jadi bagaimana cara kita memahami
kesederhanaan jika kita mengeluarkan uang lebih pada bulan ramadhan hanya untuk
kebutuhan sandang.??