Selasa, 14 Maret 2017

Yup, Aku Munafik....

Teringat kisah Hanzhalah (salah seorang juru tulis Rasul) dan Abu Bakr.
Ketika itu Hanzhalah menyatakan dirinya munafik saat Abu Bakr menanyakan kabar, karena ia teringat surga dan neraka saat bersama Rasul, tetapi ketika keluar majlis sibuk dengan anak, istri dan pekerjaannya sehingga lupa.
Abu Bakr pun merasa demikian, sehingga ia menghadap Rasul dan menyatakan hal yang sama. Kemudian Rasul memberi saran untuk konsisten dalam mengerjakan amalan. (riwayat lengkap bisa cek HR Muslim no. 2750)
Dikatakan juga oleh Ibnu Abi Mulaikah, bahwa ia mendapati 30 orang sahabat Nabi yang kawatir akan kemunafikan (HR. Bukhori No. 36)

Mereka adalah sahabat yang mulia tetapi kawatir ada kemunafikan pada dirinya, lalu bagaimana dengan kita..??

Jika merujuk pada ciri orang munafik, maka Aku Munafik..
Aku pernah berbohong, Aku pun pernah mengikari janji… Tidak hanya itu, terkadang Aku berwajah dua dengan ingin tampil baik dimata orang lain.
Menyampaikan kebaikan kepada orang lain yang belum dapat Aku kerjakan.

Mengaku bertuhan Allah, tetapi menggantungkan harapanku ke makhluknya..
Mengaku Rasul adalah teladan, tp akhlakku buruk
Mengaku Al-Qur’an pedomanku, tp tetap enggan memahami lebih dalam.
Pernah juga aku melanggar apa yang diperintahkan Allah

Yup itulah aku, Munafik..
Jika kalian tau aku sebenar-benarnya, maka niscaya kalian akan menjauh dariku….
Jika bukan karna kasih sayang Allah menutup segala aibku, mungkin aku sudah terasing

Tetapi, perkataan Imam Ahmad membuatku sedikit lebih tenang
Beliau pernah ditanya “Apa yang kau katakan pada orang yang tidak kawatir dirinya munafik?” Ia menjawab “Apa ada yang merasa aman dari sifat kemunafikan?”

Begitu juga perkataan Hasan Al-Basri
Orang yang khawatir terjatuh pada kemunafikan, itulah orang mukmin. Yang selalu merasa aman dari kemunafikan, itulah senyatanya munafik.”(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 491).

Aku benar-benar tak tau apakah kekawatiranku akan kemunafikan menandakan aku mukmin..? atau memang aku benar-benar munafik..?? karna ciri kemunafikan itu merujuk padaku.
Saat ini aku hanya bisa terus belajar dan berusaha untuk memperbaikinya.. karena sungguh aku tak tau akan hatiku sendiri. Sudah berapa banyak noktah yg ada….

Oh Allah….
Yang Hatiku ada digenggamanMu…
Hanya Engkaulah yang dapat membolak-balikan Hatiku
Tetapkanlah aku pada DeenMu
Dan wafatkanlah Aku di Masjid Nabawi, Madinah
Yang penghuninya tak pernah tau kemunafikanku
Sehingga Aku tetap disholatkan…






Jumat, 27 Januari 2017

Aku Muslim Palsu

Kalau ini bukan sunyi, apa namanya..?
Kanvasku kosong, tak sanggup ku lukis apa-apa
Pahamku hampa, rumusanku sirna
Jiwaku kesuh, langkah-langkahku amat gugup

Hidupku terjungkal-jungkal
Padahal tidak ada batu mengganjal
Pikiranku kehilangan bangunan
Ilmuku tinggal segaris, dan sosok-sosok buram

Aku lumpuh, tertelungkup bersujud
Sujud terus tapi hatiku macet
Pikiran tak mau kusuruh pergi
Jiwaku memasuki kebuntuan

Mata siapa bisa kupinjam
Untuk melihat benar kehidupan
Telinga siapa bisa kupasang
Untuk menangkap setiap getaran
Aku fakir miskin yang buta dan tuli

Palingkan muka dariku
Jangan percaya pada hidupku
Semua perilaku dan karya-karyaku
Adalah tipu daya yang menjebakmu

Kata-kata dan lagak juangku adalah ranjau
Berhati-hatilah terhadap jilbab dan sembayangku
Jangan sekali-kali dengarkan ucapanku
Sebab sesungguhnya aku muslim palsu

Senin, 09 Januari 2017

Duka Patah Hatiku

Berkobar semangatku kembali mengunjungi kotamu
Rinduku pada ketenangan kotamu

Aku duduk jauh di depan tembok samping makammu
Riuh rendah lalulalang para pencintamu disekelilingku
Kucoba pejamkan mata memusatkan hatiku kepada cintamu
Kucoba khusyu’kan hati ini, tetapi hanya kehampaan.
Pecah tangisku tanpa kutau sebab musababnya

Ya Habiballah.., bukan kali pertama ku mengunjungimu
Aku faham tak pernah pantas aku bertamu
Aku datang kembali dengan membersihkan sejarah hidupku
Tapi tetap bau busuk ini melekat

Ya Rasul, berulang-ulang kali aku berwudlu membersihkan diri
Tetapi terlalu suci Ya Rasul, wajahmu terlalu indah
Untuk dikotori oleh kebusukan sejarah kegagalan kemanusiaanku

Wahai kekasih Allah.., Aku sujud mati kepada Allah
Memohon perkenankan berjumpa dengan kekasih-Nya
Kupenuhi darah dan jiwa dengan pernyataan cinta

Tapi mataku tak bisa memandang
Coba kupejam-pejamkan mata
Yang muncul kegelapan dan putus asa
Perlahan aku menjauh darimu, meleleh duka patah hatiku

Kutambahkan permohonanku padamu Ya Allah, dengan rasa malu akan busuknya aku
Saat tiba masa itu, maka akhiri masaku di Madinah Almunawwarah tepat di Nabawi 
Dalam keadaan bersujud dengan kerendahan derajatku