Minggu, 01 Februari 2015

Kulinerku, Indonesiaku.......



Delapan hari berada di benua Eropa membuat berat badanku turun 1 kg tanpa diet…
Berharap menimbun lemak supaya dibakar saat cuaca dingin, malah jadi turun berat badan…
Benar memang kata para petuah, paling enak ya tinggal di Negara sendiri, apalagi soal Makan… waduuh selera Nusantara tiada tandingannya..

Makan adalah salah satu hobiku, apalagi saat traveling.. wisata kuliner adalah kenikmatan tersendiri… mencoba segala masakan khas tiap daerah begitu menggugah seleraku.. Tetapi kali ini bukan daerah di Indonesia, melaikan Eropa.
Sebagai seorang Muslim ketika menjajakan kaki di Negara Barat yang notabene non Muslim.. kuliner bukan lagi menjadi tujuan wisata…

Bersyukur rasanya saat tiba di London banyak kutemukan makanan halal, karena aku lapar.. akhirnya kami (teman-teman) memilih restoran timur tengah..
Keadaan cuaca yang dingiiiin membuat makan daging kambing pilihan yang tepat untuk menghangatkan.. Pesanan olahan kambing panggang dan roti khas arab beserta saos dihidangkan..
Dengan antusias aku memakan, kebetulan aku memang keturunan arab jadi lahab dan enak saja makan.. hanya saja saosnya berbeda.., yogurt dan sejenis rempah nanggung (karena tidak tau bau rempah apa) tidak sesuai selera Indonesiaku.. Ada semacam acar dari buah-buah khas arab seperti zaitun, dengan percaya diri kumakan… dan ternyataa… mmmm, rasanya sulit dibayangkan., menelannya aja susah. 
Jadi olahan kambing dan rotilah yang kumakan..
Kenyang dan puas saat itu.. dan berfikir makan-makan selanjutnya akan menyenangkan juga walaupun aku tak membawa saos sambal Indonesia yang katanya penting itu

Hari pertama aman,
Di hotel menu sarapan tetap meningkatkan selera.., maklum dingin jadi cepat sekali lapar.. Menu sarapan disini standar sarapan di pesawat Garuda (telur dadar, sosis, kentang dan roti).  Ada tambahan kacang kedelai diolah dengan saos tomat, sereal, buah dan yogurt.
Sarapan pertama kali, nafsu makan tetap menggila.. segalanya dimakan kecuali daging tentunya…
Tetapi tak kusangka ternyata dibelahan Negara Eropa manapun sarapannya ya menunya itu lagi ya itu lagi.. tidak ada yang beda….. walaupun berbeda hotel… huaaaaa

Hari kedua hanya telur acak dan kedelai dengan jumlah berkurang yang kumakan

Hari ketiga masih dengan telur acak dengan jumlah yang sedikiiit  +sereal dan susu serta buah

Hari Keempat telur acak bukan lagi pilihan.. hanya sereal + susu dan buah

Hari kelima dengan sangat terpaksa harus makan.. roti dan butter serta hot coklat sudah sangat cukup

Hari keenam binguuung….. lama berdiri melihat menu, dan akhirnya roti + butter lagi

Hari ketujuh makin binguuuung, dalam hati berfikir ini masih gini aja menu… yogurt + buah2an sudah cukup tanpa ada tambahan lagi yang terpaksa kumakan

Hari kedelapan, di Amsterdam sangat bahagiaaa sekali lihat ada telur rebus.. dua langsung ku ambil.. Rasa telur rebus itu begitu nikmaaat sekali dimulut… perpaduan kuning dan putih telur menyatu dimulut. Padahal kalau dirumah biasa aja rasa telur rebus.. plus tambah lagi yogurt dan buah (masih menu yang sama)

Ini baru kisah sarapan… belum lagi kisah mencari makan siang dan malam.
Menu tidak keluar dari daging, roti , sup yang creami atau pasta… sampai susah nelennya.

Tidak ada rasa rempah, segar apalagi pedas,  mimpi aja dulu….
Menyesal tiada tara baru timbul ketika saos sambal Indonesia tidak kubawa, padahal sebelum berangkat temanku sudah bilang..
‘jangan lupa bawa saos sambal, disana makanan ga ada rasa’
Memang benar, tidak ada rasa…., walaupun lada hitam disediakan tetap saja kuraaang. Bagaikan Syahrini tanpa sesuatu atau dedy Dores tanpa kacamata.

Saat Kami menemukan restoran Thailand.., dan melihat wujud nasi yang sesungguhnya + seafood.. Kami makan seperti kucing yang menemukan ikan segar nganggur diatas meja.. Lupa sama dunia manusia. Lezaatnya

Sayangnya belum sempat menemukan Restoran Indonesia, jadi tetap kembali ke menu-menu seadanya di Negara eropa lainnya
Wajar saja turun beratku.., secara psikologi saja sudah tidak berselera..

Kesadaran betapa menu Indonesia adalah menu beraneka.. bisa jadi paling beraneka ragam di dunia ini…

Coba kita bayangkan, kalau sarapan di Indonesia. Nasi aja jenisnya udah banyak yang Goreng (pasti), uduk, kuning….  berbagai jenis bubur; ayam, kacang hijau, ketan hitam, sumsum. Belum lauknya… belum lagi lontong, ketupat.. nggak sanggup deh disebutin satu-satu. Cemilan apalagi dari berkolestrol gorengan sampai yang sehat singkong rebus.. heheh udah banyak banget.

Sedangkan makan siang dan Malam…, apalagi ini, menu dari sabang sampai Marauke berbeda. Yang pedas sampai manis kayak aku juga ada.. Itulah Indonesia.

Jelas bisa dipastikan juga kalau chef Indonesia itu jauuuh lebih kreatif daripada diluar.. didukung dengan bahan-bahan yang beragam yang ada di Indonesia… bisa berkreasi apapun..


Hobi makan memang paling cocok juga, karena dapat tersalurkan dengan baik di Indonesia Raya ini.. lidah kita dapat bergoyang teruuus, dari goyang dombret sampai goyang morena..
Juara 1 dan 2 makanan terlezat dunia pun dari Indonesia (rendang dan Nasi Goreng) mantabb banget kan. Itulah Indonesia.

Terkadang, sebagian orang Indo merasa keren saat makan makanan Luar Negeri di resto-resto .. seperti burger, pasta, steak, dan aneka makanan luar lainnnya.. Tetapi tidak menyadari bahwa makanan yang dimakan itu sudah diracik sesuai lidah Indonesia, di tempat aslinya kita ga akan temukan burger dengan saos sambal dan olahan daging rempah, apalagi pasta yang pedas menggugah selera… ga mungkiiiin.. Kebuli dengan bawang goreng dan asinan mana ada itu di Arab. Semua sudah dikreasikan oleh chef handal supaya pas dengan selera Nusantara. Tetapi saat kita makan seolah kita sudah pas dengan selera para Bule…

Berbicara soal makanan, maka akan merujuk pada selera… Selera terbentuk dari lingkungan.. dimana kita dilahirkan dan diberi makan. Selera orang Sumatra tentu berbeda dengan selera orang Jawa. Apalagi selera luar Negeri… wajar jika kita tidak kerasan dengan makanan olahan Luar.. karena lidah kita juga belum terlatih.. Biasanya lidah orang Padang yang paling susah beradaptasi, ya bagaimana tidak.. olahan makanannya kaya rempah.. mungkin segala jenis bumbu di Indonesia diolah disana…

Makanan juga berperan dalam pembentukan karakter, contoh bagaimana ajaran budha dengan vegetariannya dapat menahan nafsu duniawi dan memberikan efek lebih tenang.. Jika kita mau telaah lebih dalam kuliner Indonesia yang beraneka tentu juga kita akan dapati aneka karakter disetiap daerah.. Tetapi satu hal yang sangat aku yakini bahwa aneka ragaman makanan Indonesia akan menciptakan aneka ragam pola pikir dan kreatifitas.  Variasi bahan yang ada di Negara kita tercinta ini jauh lebih beraneka dari Negara lain.. tentu bisa jadikan anak-anak Indonesia lebih kreatif. Tidak salah kenapa Inggris menobatkan Bandung sebagai daerah terkreatif di dunia dapat kita lihat dari makanan yang ada dibandung selalu ada yang baru….

“Kamu adalah apa yang kamu makan” ….Cuma terkadang kita merasa lebih keren menikmati menu dari Luar negeri yang cara masak dan bumbunya saja simple…, mungkin hal ini juga yang menutup kreatifitas anak-anak yang biasa dengan menu fast food.. menu cepat tanpa repot.

Yuk rubah cara berfikir kita bahwa masakan Indonesia adalah masakan orang-orang kreatif, karena hanya Indonesia yang memiliki aneka jenis dan rasa dalam makanan. Lebih keren saat kita memakan mie godok yogya dengan variasi rasa ketimbang spaghetti, sate ayam dengan dua jenis bumbunya ketimbang steak ayam dengan saos…

Kuliner Indonesia, kebanggaan Indonesia….