Delapan hari berada di benua Eropa membuat
berat badanku turun 1 kg tanpa diet…
Berharap menimbun lemak supaya dibakar saat
cuaca dingin, malah jadi turun berat badan…
Benar memang kata para petuah, paling enak
ya tinggal di Negara sendiri, apalagi soal Makan… waduuh selera Nusantara tiada
tandingannya..
Makan adalah salah satu hobiku, apalagi saat traveling.. wisata kuliner adalah kenikmatan tersendiri… mencoba segala
masakan khas tiap daerah begitu menggugah seleraku.. Tetapi kali ini bukan
daerah di Indonesia, melaikan Eropa.
Sebagai seorang Muslim ketika menjajakan
kaki di Negara Barat yang notabene non Muslim.. kuliner bukan lagi menjadi
tujuan wisata…
Bersyukur rasanya saat tiba di London
banyak kutemukan makanan halal, karena aku lapar.. akhirnya kami (teman-teman)
memilih restoran timur tengah..
Keadaan cuaca yang dingiiiin membuat makan
daging kambing pilihan yang tepat untuk menghangatkan.. Pesanan olahan kambing
panggang dan roti khas arab beserta saos dihidangkan..
Dengan antusias aku memakan, kebetulan aku
memang keturunan arab jadi lahab dan enak saja makan.. hanya saja saosnya
berbeda.., yogurt dan sejenis rempah nanggung (karena tidak tau bau rempah apa)
tidak sesuai selera Indonesiaku.. Ada semacam acar dari buah-buah khas arab
seperti zaitun, dengan percaya diri kumakan… dan ternyataa… mmmm, rasanya sulit
dibayangkan., menelannya aja susah.
Jadi olahan kambing dan rotilah yang
kumakan..
Kenyang dan puas saat itu.. dan berfikir
makan-makan selanjutnya akan menyenangkan juga walaupun aku tak membawa saos
sambal Indonesia yang katanya penting itu
Hari pertama aman,
Di hotel menu sarapan tetap meningkatkan
selera.., maklum dingin jadi cepat sekali lapar.. Menu sarapan disini standar
sarapan di pesawat Garuda (telur dadar, sosis, kentang dan roti). Ada tambahan kacang kedelai diolah dengan
saos tomat, sereal, buah dan yogurt.
Sarapan pertama kali, nafsu makan tetap
menggila.. segalanya dimakan kecuali daging tentunya…
Tetapi tak kusangka ternyata dibelahan
Negara Eropa manapun sarapannya ya menunya itu lagi ya itu lagi.. tidak ada
yang beda….. walaupun berbeda hotel… huaaaaa
Hari kedua hanya telur acak dan kedelai dengan
jumlah berkurang yang kumakan
Hari ketiga masih dengan telur acak dengan
jumlah yang sedikiiit +sereal dan susu
serta buah
Hari Keempat telur acak bukan lagi pilihan..
hanya sereal + susu dan buah
Hari kelima dengan sangat terpaksa harus
makan.. roti dan butter serta hot coklat sudah sangat cukup
Hari keenam binguuung….. lama berdiri melihat
menu, dan akhirnya roti + butter lagi
Hari ketujuh makin binguuuung, dalam hati
berfikir ini masih gini aja menu… yogurt + buah2an sudah cukup tanpa ada
tambahan lagi yang terpaksa kumakan
Hari kedelapan, di Amsterdam sangat
bahagiaaa sekali lihat ada telur rebus.. dua langsung ku ambil.. Rasa telur
rebus itu begitu nikmaaat sekali dimulut… perpaduan kuning dan putih telur
menyatu dimulut. Padahal kalau dirumah biasa aja rasa telur rebus.. plus
tambah lagi yogurt dan buah (masih menu yang sama)
Ini baru kisah sarapan… belum lagi kisah
mencari makan siang dan malam.
Menu tidak keluar dari daging, roti , sup
yang creami atau pasta… sampai susah nelennya.
Tidak ada rasa rempah, segar apalagi pedas,
mimpi aja dulu….
Menyesal tiada tara baru timbul ketika saos
sambal Indonesia tidak kubawa, padahal sebelum berangkat temanku sudah bilang..
‘jangan lupa bawa saos sambal, disana
makanan ga ada rasa’
Memang benar, tidak ada rasa…., walaupun
lada hitam disediakan tetap saja kuraaang. Bagaikan Syahrini tanpa sesuatu atau
dedy Dores tanpa kacamata.
Saat Kami menemukan restoran Thailand..,
dan melihat wujud nasi yang sesungguhnya + seafood.. Kami makan seperti kucing
yang menemukan ikan segar nganggur diatas meja.. Lupa sama dunia manusia.
Lezaatnya
Sayangnya belum sempat menemukan Restoran
Indonesia, jadi tetap kembali ke menu-menu seadanya di Negara eropa lainnya
Wajar saja turun beratku.., secara
psikologi saja sudah tidak berselera..
Kesadaran betapa menu Indonesia adalah menu
beraneka.. bisa jadi paling beraneka ragam di dunia ini…
Coba kita bayangkan, kalau sarapan di
Indonesia. Nasi aja jenisnya udah banyak yang Goreng (pasti), uduk,
kuning…. berbagai jenis bubur; ayam,
kacang hijau, ketan hitam, sumsum. Belum lauknya… belum lagi lontong, ketupat..
nggak sanggup deh disebutin satu-satu. Cemilan apalagi dari berkolestrol
gorengan sampai yang sehat singkong rebus.. heheh udah banyak banget.
Sedangkan makan siang dan Malam…, apalagi ini, menu
dari sabang sampai Marauke berbeda. Yang pedas sampai manis kayak aku juga ada..
Itulah Indonesia.
Jelas bisa dipastikan juga kalau chef
Indonesia itu jauuuh lebih kreatif daripada diluar.. didukung dengan
bahan-bahan yang beragam yang ada di Indonesia… bisa berkreasi apapun..
Hobi makan memang paling cocok juga, karena
dapat tersalurkan dengan baik di Indonesia Raya ini.. lidah kita dapat
bergoyang teruuus, dari goyang dombret sampai goyang morena..
Juara 1 dan 2 makanan terlezat dunia pun
dari Indonesia (rendang dan Nasi Goreng) mantabb banget kan. Itulah Indonesia.
Terkadang, sebagian orang Indo merasa keren
saat makan makanan Luar Negeri di resto-resto .. seperti burger, pasta, steak,
dan aneka makanan luar lainnnya.. Tetapi tidak menyadari bahwa makanan yang
dimakan itu sudah diracik sesuai lidah Indonesia, di tempat aslinya kita ga akan
temukan burger dengan saos sambal dan olahan daging rempah, apalagi pasta yang
pedas menggugah selera… ga mungkiiiin.. Kebuli dengan bawang goreng dan asinan
mana ada itu di Arab. Semua sudah dikreasikan oleh chef handal supaya pas
dengan selera Nusantara. Tetapi saat kita makan seolah kita sudah pas dengan
selera para Bule…
Berbicara soal makanan, maka akan merujuk
pada selera… Selera terbentuk dari lingkungan.. dimana kita dilahirkan dan
diberi makan. Selera orang Sumatra tentu berbeda dengan selera orang Jawa.
Apalagi selera luar Negeri… wajar jika kita tidak kerasan dengan makanan olahan
Luar.. karena lidah kita juga belum terlatih.. Biasanya lidah orang Padang yang
paling susah beradaptasi, ya bagaimana tidak.. olahan makanannya kaya rempah..
mungkin segala jenis bumbu di Indonesia diolah disana…
Makanan juga berperan dalam pembentukan
karakter, contoh bagaimana ajaran budha dengan vegetariannya dapat menahan
nafsu duniawi dan memberikan efek lebih tenang.. Jika kita mau telaah lebih
dalam kuliner Indonesia yang beraneka tentu juga kita akan dapati aneka
karakter disetiap daerah.. Tetapi satu hal yang sangat aku yakini bahwa aneka
ragaman makanan Indonesia akan menciptakan aneka ragam pola pikir dan
kreatifitas. Variasi bahan yang ada di
Negara kita tercinta ini jauh lebih beraneka dari Negara lain.. tentu bisa
jadikan anak-anak Indonesia lebih kreatif. Tidak salah kenapa Inggris
menobatkan Bandung sebagai daerah terkreatif di dunia dapat kita lihat dari
makanan yang ada dibandung selalu ada yang baru….
“Kamu adalah apa yang kamu makan” ….Cuma
terkadang kita merasa lebih keren menikmati menu dari Luar negeri yang cara
masak dan bumbunya saja simple…, mungkin hal ini juga yang menutup kreatifitas
anak-anak yang biasa dengan menu fast food.. menu cepat tanpa repot.
Yuk rubah cara berfikir kita bahwa masakan
Indonesia adalah masakan orang-orang kreatif, karena hanya Indonesia yang
memiliki aneka jenis dan rasa dalam makanan. Lebih keren saat kita memakan mie
godok yogya dengan variasi rasa ketimbang spaghetti, sate ayam dengan dua jenis
bumbunya ketimbang steak ayam dengan saos…