Awal September 2014, dibuka dengan berwisata ke
Solo dan Yogya.. Wisata yang paling
matang disiapkan beberapa bulan sebelumnya, bahkan seperti agen travel smpai
itinerary pun dibuat... Maklum kali ini aku berangkat dengan teman kantor yang
orangnya sedikit ribet.. jadi apa-apa harus terorganisir... Beda dengan aku,
yang penting point tujuan tempat yang dikunjungi itu ada, kapanpun waktunya...
Kami berangkat bertiga, satu
teman kantor ku yang wanita bangeeeeet.. (dipikir sendiri aja apa maksudnya),
Syahrinawati namanya... dan satu lagi teman SMP ku yang kebetulan banget baru
ada kontak lagi, dia laki- laki berantakan... heheh, Abdul Fatah.., bertindak
sebagai juru foto.. terakhir aku sendiri yang paling fleksibel dan simpel
serta manis... ^_^
Kereta api, transportasi yang
kami pilih menuju Solo.. sudah lamaaa sekali tak pernah naik kereta api,
jadi kali ini aku antusias sekali menuju stasiun. Pukul 06.00 menjadi orang
pertama yang sudah sampai di stasiun gambir, kemudian fatah dan terakhir princes Rinas
dengan koper besarnya datang tergopoh –gopoh... Dassar wanita bangeet, pergi 5
hari ke Solo-Yogya bawaan seperti mau pergi Haji.. hahahaha.
Noraknya kita di kereta |
Tepat pukul 07.00, kami berangkat
menuju Solo. Semangat menggelora membuat kami tidak berhenti berbicara tentang
apa yang akan dilakukan, pekerjaan dan hal yang tidak penting lainnya sekitar 2
jam.. sampai akhirnya mati gaya, dan aku
yang menyesal tiada tara karena tidak membawa buku bacaan.... huaaaa, sempat
bosan juga smpai skitar pukul 04.00 sore tiba di Solo.
Rasa Bosan berubah menjadi
semangat kembali ketika menginjakkan kaki ke kota Solo.. dari stasiun kami naik
becak menuju hotel, hanya sekitar 8 menit tiba di hotel Tune pilihan kami..
Hotel minimalis ini termasuk baru dan bersih.. istirahat sebentar untuk shalat,
lalu kami coba keluar mencari makanan...
Kami hanya berjalan untuk mencari
tempat makan apa saja yang dapat disinggahi... Disini lah suansa Solo yang begitu
damai aku rasakan, kota yang bersih, asri, tertata dengan rapih dan sangat
santun serta ramah masyarakatnya, membuat aku cukup
menikmatinya. Hebatnya lagi, harga makanannya huemaaat bettull... muraaaah
abiis. Padahal masih di kota. Malam itu kami makan aneka makanan yang disajikan
seperti Resto Dapur sunda, untuk porsi bertiga hanya menghabiskan sekitar 50ribuan.. Wooow.
Karena merasa uang saku pasti bersisa, coba nongkrong di cafe ala anak muda Solo
sampai mata mengantuk, sekitar jam 10-an kala itu.., lalu kembali ke hotel untuk rehat
Huaaaaamm..., Pagi jam 07.30 aku
dan mba Rinas sudah siap berkeliling.. Sayangnya Fatah menginap dirumah
temannya yang kami sewa mobilnya, dan diaaaa terlambat!!.
Daripada membuang waktu sambil menunggu,
jalan dekat hotel ada soto gerabah khas Solo, sarapan lah kami disana.. wuenaak
ternyata. Padahal asumsi aku makanan solo itu manis, tp ternyata pas dengan selera.
Sarapan pagi |
Empat mangkuk Soto, dengan aneka gorengan dan sate serta kerupuk beras,
kami sarapan disana. Suananyanya itu damaai bangeet deh... Dengan tambahnya
satu personel, teman fatah yang merangkap menjadi supir menjadi suasana jadi
lebih meriah di Solo.. Makan makan selesai, kenyang dan goooo
Candi Sukuh dan Ceto tujuan
utamaku ke Solo, Lokasi Candi ini berada
di Lereng Gunung Lawu.., cukup jauh memang dari Kota Solo.. karena searah kami
sempatkan mampir ketempat pembuatan batik. Solo memang tenang.. bahkan
diperkampungan batik pun tetap terasa tenang, saat perjalanan kami menemukan
seorang wanita tua yang sedang membantik, singgah lah sebentar disana untuk
melihat prosesnya dan mengobrol bagaimana batik itu dibuat dan dijual. Para pembantik yang kuliat semuaaanya udah tua -tua.., mereka memang
ahli-ahli.. cuma kawatir juga ya ini tidak dapat dilestarikan, apali
dengan adanya batik sablon produksi Cina... hufff Mampir
juga ke toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli
oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang
sangat aku inginkan.
seriusnya sang ibu |
Sebelum beranjak mampir sebentar di toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli
oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang
sangat aku inginkan
Candi ini ku dapat informasi dari
buku Rizky Radiasmara dengan judul “Sukuh”.. Candi yang dikenal dengan candi
porno ini menyimpan banyak sejarah.. bentuknya yang seperti seperti setengah
piramid memiliki relief lingga – Yoni (kelamin pria –wanita) dipenghujungnya. Di
sekitaran candi juga memiliki relief yang beragam, memang di dominasi lingga – Yoni dalam berbagai versi, mungkin hal ini yang menyebabkan candi sukuh menjadi kontroversial...
Candi Sukuh tampak samping, piramida kan?? |
Tampak depan, yang ada wanita manis |
bagian belakang, piramida belum jadi :) |
Sekitar jam 11.00 kami sampai disana, Lokasi Candi ini berada di lereng kaki
Gunung Lawu sehingga udara sejuk disiang hari tetap kami rasakan.. Sepi hampir
tidak ada pengunjung disini., Informasi Candi sukuh belum terpublikasi secara
baik, atau mungkin karena kontroversial jadi enggan dipublikasikan...
Lingga -Yoni (paling atas candi) |
Tetapi suasana yang sepi membuat
aku bersyukur untuk menikmati setiap jengkal relief yang ada. Sukuh tidak hanya
memiliki relief porno tetapi juga relief berbagai suku di berbagai negara...
disamping piramida candi Sukuh terdapat Relief yang dikenal sebagai bentuk
rahim, disinilah banyaak suku bisa dilihat. Kita bisa lihat, ada yang memakai
sorban ada rumah cina, pohon kurma dan beberapa tipe pakaian beberapa negara.. Menurut
beberapa informasi yang saya dapat, candi ini termasuk candi tua.. adanya
gambar beberapa tipe orang dari berbagai negara menandakan ketika itu indonesia
telah menjadi tempat bertemunya beberapa negara.
Rahim dalam versi relief (paling atas ada rumah, dan orang bersorban) |
Ada rumah cina kan..? |
Berkeliling candi sambil berfoto,
seakan candi sukuh ini hanya milik kami, barulah kami berangkat menuju Candi
Cetho.. berlokasi tidak jauh dari Sukuh hanya lebih naik lagi ke gunung Lawu.
Kami sempatkan makan siang di tempat makan sederhana yang bersih. Perut memang
terasa sangat lapar jadi pemesanan nasi dan lauknya banyaaak..., belum lagi
pernak pernik lainnya. Tapi apa yang terjadiiiii...., (jeng ... jeng ...
jeng).., tagihan untuk empat orang hanya Rp. 32.000. Whaatttt!! Menu ayam
goreng, telur, pecel, aneka gorengan, kerupuk.. belum lagi ada kopi lah, jeruk..
semua cuma 32rb.. Sebagai orang Jakarta,
aku cukup Norak dengan harga ini.. hahaha
Menuju Cetho diriingi rasa
bahagia makan dengan harga murah, Pukul 15.30 kami sampai di Cetho. Candi ini gerbang
utamanya mirip dengan pura pura yang ada di Bali.. Letak candi Sukuh ini cukup indah, kita seperti dapat menggapai langit yang
tinggi. Relief candi ini tidak sebanyak di Sukuh tetapi tetap memiliki
kesamaan. Terdapat lingga – Yoni yang cukup besaaar.., akan terlihat jelas jika
kita melihanya dari atas.
Gerbang utama Cetho |
simbol lingga -Yoni besaar |
Beda dengan Sukuh, candi ini
sediit lebih ramai.. tetapi hanya sedikit.. karena memang informasi Candi yang
ada di Solo tidak sehebat candi di Yogyakarta. Jadi pengunjung jauh juga berbeda. Candi yang harus mendaki
terus ke atas untuk mencapai puncak adalah tempat bertapa para penganut agama
di Jawa (kejawen), susana mistis memang terasa sekali di puncak...
Di bagian puncak pun arca Lingga yang besar berada
dibagian sudut. Banyak sumber yang mengatakan ada keterkaitan antara Candi
Sukuh dan Cetho jika dipandang dari arca dan relief yang ada.apalagi di puncak cetho terdapat piramida setengah yang mirip seperti sukuh hanya lebih kecil
terus naik dan naik |
satu tingkat sebelum puncak, bertapa dulu.. |
Nah ini tempat-temap bertapa yang paling tinggi |
Puncak Candi Cetho |
Indahnya Pemandangan di Cetho ini
membuat kami betah berlama –lama berada disini, tetapi kami tetap harus
menyisakan energi untuk perjalanan pulang dan esok harinya keliling kota solo.
Sebelum Pulang kami sempatkan mampir ke singgasana makan Eyang Suharto, Astana Giribangun.
Tidak hanya sekedar makam, tetapi ini sebuah museum keluarga Suharto yang menurut saya cukup megah, dan masih
terasa sejuknya pegunungan.. sekitar magrib lah kami sampai disana.
Ada yang unik ketika memasuki
makam ini, pintu gerbang pertama kami diminta isi buku tamu dan sumbangan
seleranya, ketika masuk kearah makam.. kami diminta isi buku tamu lagi dan
tetap diminta sumbangan kembali... heheheh (mengapa begini yaa..??) tetapi
karna aku baik hati, jadi tetap kuberikan sumbangan seadanya..
Nah ini dia tim utuh, driver, 2 artis dan fotografernya.. |
Letih dan kedaimaian terasa selepas kami
menyelesaikan shalat isya, karena kegelapan malam membuat kami enggan untuk
berkeliling di Astana Giribangun.. ya iya sih mau liat apaan juga...
Kunjungan Astana giribangun
mengakhiri perjalanan perdana di Solo, sejuknya Gunung Lawu berubah menjadi
dingin.. saatnya kembali ke hotel dan beristirahat