Selasa, 16 Desember 2014

Solo, Kota yang Tenang dan Damai.... (Part I)



Awal  September 2014, dibuka dengan berwisata ke Solo dan Yogya..  Wisata yang paling matang disiapkan beberapa bulan sebelumnya, bahkan seperti agen travel smpai itinerary pun dibuat... Maklum kali ini aku berangkat dengan teman kantor yang orangnya sedikit ribet.. jadi apa-apa harus terorganisir... Beda dengan aku, yang penting point tujuan tempat yang dikunjungi itu ada, kapanpun waktunya...

Kami berangkat bertiga, satu teman kantor ku yang wanita bangeeeeet.. (dipikir sendiri aja apa maksudnya), Syahrinawati namanya... dan satu lagi teman SMP ku yang kebetulan banget baru ada kontak lagi, dia laki- laki berantakan... heheh, Abdul Fatah.., bertindak sebagai juru foto.. terakhir aku sendiri yang paling fleksibel dan simpel serta manis... ^_^

Kereta api, transportasi yang kami pilih menuju Solo.. sudah lamaaa sekali  tak pernah naik kereta api, jadi kali ini aku antusias sekali menuju stasiun. Pukul 06.00 menjadi orang pertama yang sudah sampai di stasiun gambir, kemudian fatah dan terakhir princes Rinas dengan koper besarnya datang tergopoh –gopoh... Dassar wanita bangeet, pergi 5 hari ke Solo-Yogya bawaan seperti mau pergi Haji.. hahahaha.

Noraknya kita di kereta
Tepat pukul 07.00, kami berangkat menuju Solo. Semangat menggelora membuat kami tidak berhenti berbicara tentang apa yang akan dilakukan, pekerjaan dan hal yang tidak penting lainnya sekitar 2 jam..  sampai akhirnya mati gaya, dan aku yang menyesal tiada tara karena tidak membawa buku bacaan.... huaaaa, sempat bosan juga smpai skitar pukul 04.00 sore tiba di Solo.

Rasa Bosan berubah menjadi semangat kembali ketika menginjakkan kaki ke kota Solo.. dari stasiun kami naik becak menuju hotel, hanya sekitar 8 menit tiba di hotel Tune pilihan kami.. Hotel minimalis ini termasuk baru dan bersih.. istirahat sebentar untuk shalat, lalu kami coba keluar mencari makanan... 

Kami hanya berjalan untuk mencari tempat makan apa saja yang dapat disinggahi... Disini lah suansa Solo yang begitu damai aku rasakan, kota yang bersih, asri, tertata dengan rapih dan sangat santun serta ramah masyarakatnya, membuat aku cukup menikmatinya. Hebatnya lagi, harga makanannya huemaaat bettull... muraaaah abiis. Padahal masih di kota. Malam itu kami makan aneka makanan yang disajikan seperti Resto Dapur sunda, untuk porsi bertiga hanya menghabiskan sekitar 50ribuan.. Wooow. 
Karena merasa uang saku pasti bersisa, coba nongkrong di cafe ala anak muda Solo sampai mata mengantuk, sekitar jam 10-an kala itu.., lalu kembali ke hotel untuk rehat

Huaaaaamm..., Pagi jam 07.30 aku dan mba Rinas sudah siap berkeliling.. Sayangnya Fatah menginap dirumah temannya yang kami sewa mobilnya, dan diaaaa terlambat!!. 
Daripada membuang waktu sambil menunggu, jalan dekat hotel ada soto gerabah khas Solo, sarapan lah kami disana.. wuenaak ternyata. Padahal asumsi aku makanan solo itu manis, tp ternyata pas dengan selera. 

Sarapan pagi
Empat mangkuk Soto, dengan aneka gorengan dan sate serta kerupuk beras, kami sarapan disana. Suananyanya itu damaai bangeet deh... Dengan tambahnya satu personel, teman fatah yang merangkap menjadi supir menjadi suasana jadi lebih meriah di Solo.. Makan makan selesai, kenyang dan goooo

Candi Sukuh dan Ceto tujuan utamaku ke Solo,  Lokasi Candi ini berada di Lereng Gunung Lawu.., cukup jauh memang dari Kota Solo.. karena searah kami sempatkan mampir ketempat pembuatan batik. Solo memang tenang.. bahkan diperkampungan batik pun tetap terasa tenang, saat perjalanan kami menemukan seorang wanita tua yang sedang membantik, singgah lah sebentar disana untuk melihat prosesnya dan mengobrol bagaimana batik itu dibuat dan dijual. Para pembantik yang kuliat semuaaanya udah tua -tua.., mereka memang ahli-ahli.. cuma kawatir juga ya ini tidak dapat dilestarikan, apali dengan adanya batik sablon produksi Cina... hufff Mampir juga ke toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang sangat aku inginkan.

seriusnya sang ibu
Sebelum beranjak mampir sebentar di  toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang sangat aku inginkan

Candi ini ku dapat informasi dari buku Rizky Radiasmara dengan judul “Sukuh”.. Candi yang dikenal dengan candi porno ini menyimpan banyak sejarah.. bentuknya yang seperti seperti setengah piramid memiliki relief lingga – Yoni (kelamin pria –wanita) dipenghujungnya. Di sekitaran candi juga memiliki relief yang beragam, memang di dominasi lingga – Yoni dalam berbagai versi, mungkin hal ini yang menyebabkan candi sukuh menjadi kontroversial... 
Candi Sukuh tampak samping, piramida kan??

Tampak depan, yang ada wanita manis



bagian belakang, piramida belum jadi :)

Sekitar jam 11.00 kami sampai disana, Lokasi Candi ini berada di lereng kaki Gunung Lawu sehingga udara sejuk disiang hari tetap kami rasakan.. Sepi hampir tidak ada pengunjung disini., Informasi Candi sukuh belum terpublikasi secara baik, atau mungkin karena kontroversial jadi enggan  dipublikasikan...

Lingga -Yoni (paling atas candi)
Tetapi suasana yang sepi membuat aku bersyukur untuk menikmati setiap jengkal relief yang ada. Sukuh tidak hanya memiliki relief porno tetapi juga relief berbagai suku di berbagai negara... disamping piramida candi Sukuh terdapat Relief yang dikenal sebagai bentuk rahim, disinilah banyaak suku bisa dilihat. Kita bisa lihat, ada yang memakai sorban ada rumah cina, pohon kurma dan beberapa tipe pakaian beberapa negara.. Menurut beberapa informasi yang saya dapat, candi ini termasuk candi tua.. adanya gambar beberapa tipe orang dari berbagai negara menandakan ketika itu indonesia telah menjadi tempat bertemunya beberapa negara.

Rahim dalam versi relief (paling atas ada rumah, dan orang bersorban)


Ada rumah cina kan..?
Berkeliling candi sambil berfoto, seakan candi sukuh ini hanya milik kami, barulah kami berangkat menuju Candi Cetho.. berlokasi tidak jauh dari Sukuh hanya lebih naik lagi ke gunung Lawu. Kami sempatkan makan siang di tempat makan sederhana yang bersih. Perut memang terasa sangat lapar jadi pemesanan nasi dan lauknya banyaaak..., belum lagi pernak pernik lainnya. Tapi apa yang terjadiiiii...., (jeng ... jeng ... jeng).., tagihan untuk empat orang hanya Rp. 32.000. Whaatttt!! Menu ayam goreng, telur, pecel, aneka gorengan, kerupuk.. belum lagi ada kopi lah, jeruk.. semua cuma 32rb..  Sebagai orang Jakarta, aku cukup Norak dengan harga ini.. hahaha

Menuju Cetho diriingi rasa bahagia makan dengan harga murah, Pukul 15.30 kami sampai di Cetho. Candi ini gerbang utamanya mirip dengan pura pura yang ada di Bali.. Letak candi Sukuh ini cukup indah, kita seperti dapat menggapai langit yang tinggi. Relief candi ini tidak sebanyak di Sukuh tetapi tetap memiliki kesamaan. Terdapat lingga – Yoni yang cukup besaaar.., akan terlihat jelas jika kita melihanya dari atas.

Gerbang utama Cetho

simbol lingga -Yoni besaar

Beda dengan Sukuh, candi ini sediit lebih ramai.. tetapi hanya sedikit.. karena memang informasi Candi yang ada di Solo tidak sehebat candi di Yogyakarta. Jadi pengunjung jauh juga berbeda. Candi yang harus mendaki terus ke atas untuk mencapai puncak adalah tempat bertapa para penganut agama di Jawa (kejawen), susana mistis memang terasa sekali di puncak...
Di bagian puncak pun arca Lingga yang besar berada dibagian sudut. Banyak sumber yang mengatakan ada keterkaitan antara Candi Sukuh dan Cetho jika dipandang dari arca dan relief yang ada.apalagi di puncak cetho terdapat piramida setengah yang mirip seperti sukuh hanya lebih kecil




terus naik dan naik

satu tingkat sebelum puncak, bertapa dulu..
Nah ini tempat-temap bertapa yang paling tinggi
Puncak Candi Cetho

Indahnya Pemandangan di Cetho ini membuat kami betah berlama –lama berada disini, tetapi kami tetap harus menyisakan energi untuk perjalanan pulang dan esok harinya keliling kota solo. 

Sebelum Pulang kami sempatkan mampir ke singgasana makan Eyang Suharto, Astana Giribangun. Tidak hanya sekedar makam, tetapi ini sebuah museum keluarga Suharto yang menurut saya cukup megah,  dan masih terasa sejuknya pegunungan.. sekitar magrib lah kami sampai disana. 
Ada yang unik ketika memasuki makam ini, pintu gerbang pertama kami diminta isi buku tamu dan sumbangan seleranya, ketika masuk kearah makam.. kami diminta isi buku tamu lagi dan tetap diminta sumbangan kembali... heheheh (mengapa begini yaa..??) tetapi karna aku baik hati, jadi tetap kuberikan sumbangan seadanya.. 



Nah ini dia tim utuh, driver, 2 artis dan fotografernya..

Letih  dan kedaimaian terasa selepas kami menyelesaikan shalat isya, karena kegelapan malam membuat kami enggan untuk berkeliling di Astana Giribangun.. ya iya sih mau liat apaan juga...
Kunjungan Astana giribangun mengakhiri perjalanan perdana di Solo, sejuknya Gunung Lawu berubah menjadi dingin.. saatnya kembali ke hotel dan beristirahat

Selasa, 09 Desember 2014

Si "Hitam", Kucingku yang Sensitif Telah Pergi...



Kucing selalu menjadi bagian dari keluarga kami, saya dan keluarga saya selalu menyukai kucing.., apapun jenisnya. Hanya saja yang kami pelihara kucing- kucing liar yang datang... khusus untuk yang datang, karena pasti yang datang ke rumah itu butuh pertolongan, entah sakit atau lapar.. karena saya dan keluarga cukup baik hati... hehe jadi kami selalu ada saja kucing liar yang dirawat, disamping kalau kucing non lokal biaya hidup dan perawatannya mahal (alasan utama).. 

Entah sudah berapa jumlahnya, ada yang betah dirumah.. ada yang tetap liar. Cuma datang kalau jam makan saja, seakan dia memberikan saham untuk modal kepada kami... 
Bagaimanapun juga saya selalu suka kucing. Kucing yang saya ceritakan disini adalah si “hitam”... kucing yang paling lama bersama kami sampai akhir hayatnya.. hiks

Sekitar kurang lebih sekitar 13 tahun hitam menemani keluarga kami, saat itu saya sering melihat dua ekor kucing kecil berlari lari di jalan depan rumah.. lincah dan lucu –lucu, ingin ambil jadi peliharaan tapi tidak boleh, karena sudah ada dua kucing kami pada saat itu...
Tetapi dalam keluarga kami pantang mengusir kucing yang datang ke rumah minta makan,, jadi dua ekor kucing itu seperti memahami saya ingin memeliharanya. Tiba –tiba mereka dataaang terus minta makan, dan kami berikan sampai menjadi kucing peliharaan kami.


Saya beri nama “Hitam”, karena warna bulu dominan hitam.... yang ke2 diberi nama kakakku “pipi”. Entah kenapa diberi nama pipi, mungkin terispirasi dari anang yang dipanggil pipi oleh anak-anaknya.. nyambung ga??

Item dan pipi kelihatan selalu ceria dan berlari –larian berdua sampai panjat pohon mangga di rumah..., tersadar beberapa hari kalau si item tidak pernah mengeluarkan suara, dan selalu tenang menungu makanannya dibuat, sementara pipi agresif seperti kucing kelaparan. Dua pribadi yang berbeda... Sampai akhirnya mamaku mengetahui bahwa item pernah dilukai bagian paha luar nya oleh manusia dengan bacokan yang cukup dalam karena mencuri ikan.... jahat bangeeet!

Sejak saat itu, item lebih terlihat pendiam dan tak pernah bertindak agresif.. bahkan kalau dia melakukan hal yang merusak, sperti menajamkan kuku di kursi atau tidur di sofa dalam keadaan kotor dan kami memperingatkan dengan telunjuk saja dia sudah faham kalau hal itu tidak boleh.. Kalau makan selalu  sedikit, mungkin dia ingin menjaga berat badannya... heheh

Malangnya nasib si hitam, membuat kami menyayanginya. 

Tujuh tahun berlalu.. pipi kembali liar dan jarang pulang.. malah tak pernah pulang, dia lebih memilih kehidupan jalanan (drama bingiit yaa..), dua kucing lainnya pun demikian. Sehingga tinggal hitam lah yang tetap berada dirumah.. menjadi kucing manis yang jarang mengeong, kalau lapar mau makan hanya memandang mata saya teruuuus tanpa kedipan, tak pernah berantem dengan kucing liar lainnya, merawat tubuhnya,,, dan tiduuuuuur aja. 


Sampai akhirnya kami pindah rumah..
Pada saat mama saya packing terakhir, item menatap penuh makna... dan akhirnya dibawa serta dia ke rumah baru kami, nuruut saja.., diam. Sampai rumah saya gendong dan berkeliling memperhatikan rumah baru... tampak bingung terlihat... 

Kesokan harinya dia pergi hingga 4 hari, ga ngerti juga kemana mungkin mau kembali ke rumah lama atau hanya mengamati daerah setempat...
Saat kembali pulang lagi sekitar jam 1 malam, suara mengeong nya yang nyaring membangunkan saya dari tidur cantik... yeaaa Hitam kembali pulang... Sejak saat itu hitam mulai mengeluarkan suara.. bahkan suara yang berbeda-beda..., mau bermanja2  tetapi tetap sensitif. Kesukaannya adalah tidur di tempat tidur springbed, tapi dengan telunjuk saya dan berkata eeh..., dia pasti turun. Selain itu dia suka sekali nangkring dipinggir Balkon sambil memandangi jalanan....



Empat tahun berjalan di rumah baru item tampak jiwa liarnya, traumanya seperti ditinggalkan bersama rumah terdahulu....  jadi suka berantem dan mulai kotor karena sibuk jalan jalaaaan aja.. tubuhnya yang tidak pernah gemuk jadi kencang karna sering jalan –jalan... 

Tiba –tiba disaat hitam sibuk dengan rutinitasnya, datanglah kucing baru berwarna kuning, yang tampak sakit dan duduk terus didepan rumah.. setiap malam sering merintih. Karena tak tega akhirnya kami pelihara dia dengan nama “Ucrit” karena tampak kecil seperti unyil..
Kehadiran ucrit awalnya tidak disuka oleh item.. dia marah. Tidak mau makan di rumah, bahkan langsung pergi setelah melihat ucrit.. ternyata kucing ada rasa cemburu juga yaa....

Lambat laun.. hitam bisa menerima kehadiran ucrit, bahkan kalau makanannya diambil ucrit juga diserahkan.. item memang baik seperti saya... heheh. Tetapi dia tetapi menunjukan kekuasaaannya bahwa dia lebih senior, setiap kali mau diberi makan, dia akan naik ketempat paling tinggi, entah di atas lemari atau di atas meja.. tidak mau ikut merengek di bawah... item iteem

Seiring berjalannnya waktu, mungkin karena usia juga... item yang jadi suka berantem luka dibagian bawah mulutnya.., tetapi tidak pernah mengurangi hoby nya yang suka jalan jalan ini sakit.. kurang lebih dua bulan ia batuk dan muntah, walupun masih tetap makan tapi badannya makin lama makin  terlihat lemah, aktivitas jalannya dikurangi dan lebih sering di rumah tidur.. sedihnya liat hitam begitu ... :(

Hitam makin tak bernafsu untuk makan , dia hanya ingin tidur dan minum...  kami sudah berfikir dia akan mati sebentar lagi....  Di pagi hari sebelum dia mati.. dia menyapa dengan rintihan kecil dan dengan gerakan yang lamban menghampiri.. tak sanggup liatnya..., sempat mengelus sebentar lalu saya harus berangkat ke kantor. Pada siang hari mama menelpon kalau Item sudah mati... huaaa sediiih nyaaa...

Bukan kali pertama saya mengalami kucing yang matih, si putih kucingku waktu masa –masa SMA juga mati diusia 2,5 tahun.. rasa sedih juga terasa.. tetapi hitam yang sudah lebih dari sepuluh tahun bersama keluarga, dari yang datang dengan trauma sampai jiwa liarnya keluar kembali telah pergi...

Hitam yang sensitif..., yang serti tau bahasa manusia, telah meninggalakan saya ... Rindu terdalam saya untukmu tem....




Selasa, 25 November 2014

Makassar,........... (Part II)




Dering suara telp membangunkan saya dipagi hari.... huaaaaaaam, masih ngantuk saat itu untuk mengkonfirmasi kepergian ke Pulau Samalona....

Walaupun masih ingin tidur, tapi semangat saya untuk kembali berkeliling Makassar mengalahkannya.. Menyempatkan sebentar membuka kaca jendela kamar dengan view pantai Losari membuat untuk menikmati pemandangan dulu...Sepiiiii tidak ada orang satu pun disana.., bahkan jalan raya nya pun tidak ada satu pun mobil yang melintas, saat itu sekitar pukul  06.00 WITA, jadi mata ini bebas untuk menatap kemana saja... bayangkan jika di Jakarta di waktu yang sama, area pusat kota sudah macet pastinya

View dari kamar hotel

Puas menikmati pemandangan yang sepi, saya mulai membersihkan diri dan packing. Karena hari ini kami akan langsung kembali ke Jakarta...
Setelah saya rapi dan makin cantik.., kami isi amunisi dengan sarapan di hotel sambil menunggu jemputan.., ternyata cukup penuh juga penghuni hotel Aryaduta ini.. mungkin karna termasuk hotel lama yang cukup nyaman dan letaknya strategis...

Sudah rapih, kenyang dan siap jalan – jalan lagi, tapi jemputan tak kunjung datang.., daripada menunggu tanpa ada kegiatan, akhirnya kami jalan kaki ke pantai losari berfoto ria, mumpung sepi..  Matahari mulai terasa terik pukul 8.00 WITA, berfoto pun diselesaikan dan jemputan tiba...
Pulau Samalona menuju tujuan pertama di hari kedua ini, sebelumnya kami harus ke dermaga untuk naik kapal boat menuju pulau... Lokasi dermaga ini dekat tepat di sebrang Fort Rotterdam... Kami cari boat yang ready untuk segera berangkat,, harga yang ditawarkan cukup tinggi Rp. 600.000,- padahal hanya sekitar 30 menit menuju lokasi (bagi orang Makasar satu jam lamanya -_-). Bagus saya sudah cari informasi sebelum berangkat, umumnya harga Rp. 300.000,- akhirnya kami berhasil menawar sebesar Rp. 350.000,-.
Berangkatlah kami kesana, kualitas kapal hampir sama dengan kapal menuju pulau Angsana waktu itu, hanya saja mesin yang digunakan sudah mesin boat yang cepat, dan tidak perlu dikendalikan melalui setir.. kalau di Angsana ketika itu masih pakai mesin manual, dari kecepatan sangat jauh berbeda..

Menuju Samalona
Tiba di Pulau, sedikit kecewa lagii..., pulau yang dasarnya sudah indah dengan pasir putih dan air laut yang jernih, terumbu karang dan ikan-ikan yang sangat menarik ini dapat dilihat melalui snorkeling tidak dikelola dengan baik..  Pulau mungil ini seperti pulau yang tidak berpenghuni, banyak ranting-ranting pohon yang berserakan dan letak rumah yang berantakan tidak tertata membuat pulau Samalona menyusut keindahannya... 

Dimuka pulau Samalona

Entah kenapa ada kain bergelantung di ranting yg kecil




Bagaimapun kondisi Samalona tetap dapat kita nikmati dengan memandang lautan luas, dan menikmati kejernihan air..  Sekitar pukul 08.45 kami berkeliling sedikit, panasnya matahari makin terik, teman saya yang memang tinggal di Makassar langsung nyebur ke laut, berenang bagai ikan kekurangan air (kebayang kan ikan kekerangan air?)tanpa peduli panas yang menyengat..

Tak lama kami di Samalona, berfoto –foto kemudian kembali lagi ke kota Makasar.. Samalona yang mungil dan cantik tetap menjadi tempat yang cukup tenang untuk dikunjungi.. saran saya datang lebih pagi atau sore hari akan jauh lebih Indah...

disamping pulau

Airnya lagi surut niiy..


   
Kembali lagi menuju Kota Makasar, walalupun baru pukul 10.30 perut sudah minta diisi kembali... Konro Karebosi menu berat untuk makan sebelum siang. Daging iga sapi yang besar – besar dengan menu sop ala Makasar dan Iga Bakar bumbu kacang, menambah selera makan yang memuncak..  Dengan porsi yang  cukup besar, maka cukup dua menu untuk tiga orang.. ini aja masih tersisa. 

Istirahat sebentar, sambil mencari beberapa Oleh – Oleh Khas Makassar... Otak –otak, beberapa jenis kue dan kacang-kacangan serta sirup Markisa mengisi keranjang belanjaan kami.., Ada tempat oleh –oleh yang terkenal di Maksar namanya Otak – Otak Ibu Ely, tapi menjual berbagai oleh –oleh lain.. Saat kami membeli, itu penuuh dan susah cari pelayan yang bisa melayani kami, semua sibuk melayani pembeli... Dengan kesabaran tingkat tinggi saya, akhirnya ada juga yang melayani kami... Bisa belanja deh..

Menuju tujuan terakhir Bantimurung..

Bantimurung, salah satu Taman Nasional yang berlokasi di Bulusaraung Sulawesi Selatan berlokasi cukup jauh dari pusat kota Makassar.. kurang lebih 1 – 2 jam perjalanan, Jika berangkat dari Bandara Ujung Pandang, Maros maka lebih dekat.. Taman ini terkenal dengan beraneka ragam spesies Kupu –kupu.

Rasa letih dari hari sebelumnya dan Kunjungan ke Pulau Samalona membuat dua orang teman saya tertidur di mobil menuju Bantimurung... Perjalanan cenderung lebih sepi karena masuk luar kota dan penggunungan. Hanya saja pegunungan disini lebih mengerikan berupa tebing –tebing curam dan tinggi.  

Setibanya di Bantimurung, kami disambut dengan beragam warga lokal yang menawarkan diri menjadi pemandu.. yaaa.. kalau ini sih tidak butuh pemandu, di museum tuuh baru kasih pemandu... Masuk ke dalam dikenai biaya Rp. 25.000,-/ orang.. cukup lumayan juga harganya ya., 

Bantimurung sedikit mirip kebun raya Bogor, tp disini seperti tempat wisata yang lainnya tidak terawat.. tumbuhan pohon kering ada dimana – mana, belum lagi sampah.. mirip hutan yang tidak terurus..
Yang katanya kerajaan Kupu-kupu ini, saya hanya melihat satu ekor kupu –kupu disana, alasannya karena musim panas jadi mereka tidak muncul.. entahlah, apa karna memang tidak dirawat yaa..

Tidak hanya kupu –kupu sebenarnya, tetapi Monyet tanpa buntut juga disini, menurut warga sana karna kemarau para monyet berimigrasi ke daerah lain, dan juga monyet –monyet disini takut jika melihat manusia, beda dengan monyet di Bali yaa.. malah bisa ambil barang –barang manusia.. hehe

Area depan Bantimurung, terdapat museum kupu-kupu.. memang agak memojok dan di depannya sedang ada pembangunan hotel.., jadi saya putuskan untuk masuk nanti saja pas mau pulang. Masuk lagi ke dalam dan sedikit menanjak menuju air terjun Bantimurung yang cukup terkenal..  cukup membuat suasana segar. Banyak yang mandi disini selain turis lokal, turis manca negara juga ada.

depan air terjun


tampak dari atas
Airnya sebenarnya jernih dan bersih.. hanya saja batu disekitar air terjun berwarna kuning.. jadi jika dipandang dari jarak jauh seperti terlihat airnya berwarna kuning. Mungkin kemarau di Sulawesi ini begitu berpengaruh sekali, jadi air terjun pun sedikit. Katanya jika musim hujan berlimpah airnya..


Setelah memandang air terjun kami mendaki ke atas menuju Goa Bantimurung.. sekitar 300 meter dari air terjun menuju goa.. makin sepi area menuju goa karena rata –rata pengunjung hanya ingin menikmati air terjun. Perjalan menuju goa serasa berada di hutan.. tumbuhan yang rindang dan ada danau yang cukup tenang dan Indah,, bahkan ada air terjun mungil yang deras membuat kita benar –benar seperti di hutan pedalaman..
 
air danau yang tenang


air terjun mini
    
Kabarnya, arus danau atau sungai ini bagian dalamnya cukup kencang walaupun dari luar tampak tenang, jadi tidak ada yang berani untuk berenang di danau tersebut.. malah air terjun yang kecil itu dibawahnya terdapat pusaran air, sudah memakan korban beberapa orang yang merasa mampu bermain diarea tersebut..
Jalanan menuju goa ini baru dibangun tahun 2006, jadi kami dengan mudah dapat mencapai goa walaupun mendaki. Sebelum pembangunan para pengunjung harus bergelantung di akar- akar pohon yang besar menuju Goa..,. Sesampainya di goa, udara sejuk begitu terasa keluar dari goa.., dan ada dua orang yang menjaga pintu goa.., karena gelap sekali, jadi disediakan jasa gunakan senter Rp. 30.000 sedangkan lampu petromak Rp. 75.000.. Mahal ya.. karena rasa ingin tau, kami memilih Lampu petromak supaya menyinari secara maksimal..
Depan Mulut Goa
Masuk mulut goa, terlihat bahwa goa ini tidak begitu besar hanya sekitar 100 meter saja.... Memasuki dalam ke goa, aura mistis begitu terasa, apalagi dengan adanya sesaji di dalam goa... sang pembawa petromak menjelaskan bahwa goa ini tempat bertapa seseorang (saya lupa namanya) yang kuburannya juga berada dekat dengan goa.. hiiiiiiiii
Ada beberapa keunikan goa Bantimurung ini, stalaktit dan stalakmit masih terasa hidup dengan banyaknya tetesan air yang dihasilkan.. bahkan ada yang telah menyatu 
Tempat menaruh sesajen

Tempat Bertapa lubang yang menjorok ke dalam

salah satu batu yang terpengaruh aliran air
Goa yang dikenal sebagai goa jodoh ini meyakinkan bahwa dapat mempererat pasangan, ada dua cekungan diantara penyatuan stalaktit dan stalakmit.., jika pasangan berada di kedua cekungan itu.. maka dipercaya akan dipanjangkan jodohnya..., karena saya bersama teman saya disana... jadi kita akan dipanjangkan usia pertemanannya... heheh... Itulah hebatnya Indonesia, banyak mistis yang menarik dan dipercaya... ^_^  
Selain itu juga terdapat genangan air yang tidak pernah kering, air tersebut juga dipercaya dapat mengobati penyakit kulit dan membuat awet muda.. Karena saya selalu tampak muda, jadi saya hanya menyentuhnya saja.. kawatir menjelma menjadi bayi lagi. hehehe

Ada juga stalaktit yang bersalju sangking dinginnya,, jadi kl mau liat salju dari alam, tidak perlu ke luar negeri bisa liat di goa ini walaupun sedikit... hehheeh
Sumber Mata Air yang tak pernah kering

Persahabat yang menyatu seperti Stalaktit dan Stalakmit

Nah ini ni yang bersaljuu

Sebenarnya masih ada satu goa lagi, yang diberi nama Goa Mimpi... panjang goa ini sekitar 1 KM, tetapi untuk menempuh goa tersebut perjalanannya kurang lebih 2 jam menurut warga disana, dan mendaki serta masih menggunakan jalan setapak.. Jadii tentu bukan tujuan kami saat itu



Sekitar 15 menit kami menikmati goa, aura mistis pun berkurang setelah kami keluar. Kembali ke jalan semua menuju museum kupu –kupu..., Museum yang harus kami cari penjaganya (maklum mojok dan ga ada yang datang) akhirnya dibuka dengan biaya Rp. 5.000. Walaupun museum ini kecil Beraneka spesies kupu –kupu ada disini.. dari dalam negeri maupun luar negeri... cuantiiikk dan memiliki bentuk yang unik- unik. 

Museum Kupu -Kupu
Di samping museum ada penakaran kupu –kupu... hanya saja tak ada satu pun kupu – kupu saya  lihat, ada dua kepompong dan satu ulat... alasannya karena musim kemarau.. Entahlah alasan ini bisa diterima secara ilmiah atau tidak.. karena kondisi penakaran ini sangat berantakan dan  tak terawat.. 

bibit tanamannya aja tidak dirawat

Tak berlama –lama disana, kami beranjak ke mobil untuk kembali ke kota Makassar.. , masih sekitar jam 3 sedangkan pesawat kami jam 7 malam berangkat dari Makassar... Sebetulnya masih ada Taman Prasejarang Leang –Leang dan remang – remang sebelum Bantimurung jika dari Maros, Cuma saat itu saya tidak terlalu tertarik, mungkin karna letih dan terlihat tidak terurus tempatnya.., Jadi kami putuskan untuk jalan sekitar Bantimurung arah ke Bone.., disana kami temukan banyak pedagang jagung rebus di sepanjang jalan.. tergiur untuk membelinya. Singgah di salah satu warung jagung rebus, membeli satu posri yang isinya sampai 10 jagung hanya Rp. 10.000 muraaaah ya.

Jagungnya pun unik, warnanya kuning muda, kecil (mirip jagung yang belum tua).. lebih empuk dan lembut. Menurut si pedagang, jika terlalu matang dimasak jagung ini akan berlendir dan dapat dijadikan lem... Baru tau saya ada jagung seperti itu. Cara makan jagung rebus ini pun unik pakai sambal garam yang buat rujak ituu.. , saya coba memang enak sii... yummmii
Jagung yang sudah saya gigit ^_^

Sambil berbincang –bincang melepas lelah dengan jagung mungil ini.. kami menimati tebing –tebing tinggi dan hamparan sawah..., Indahnya Indonesia..

Akhirnya selesai sudah perjalan, saatnya menuju Bandara Ujung Pandang,,.. tapiii perut juga tetap harus diisi lagi dengan menu terakhir dari Makasar Sop Bersaudara. Mirip Coto juga, hanya isinya full daging dan pakai nasi bukan lagi buras... kenyaaaang.

Hanya sekitar lima menit dari lokasi makan tadi, sampai di Bandara..  Kami sudah siap menuju Jakarta lagi dengan rutinitas yang menanti.... 

^_^