Selasa, 16 Desember 2014

Solo, Kota yang Tenang dan Damai.... (Part I)



Awal  September 2014, dibuka dengan berwisata ke Solo dan Yogya..  Wisata yang paling matang disiapkan beberapa bulan sebelumnya, bahkan seperti agen travel smpai itinerary pun dibuat... Maklum kali ini aku berangkat dengan teman kantor yang orangnya sedikit ribet.. jadi apa-apa harus terorganisir... Beda dengan aku, yang penting point tujuan tempat yang dikunjungi itu ada, kapanpun waktunya...

Kami berangkat bertiga, satu teman kantor ku yang wanita bangeeeeet.. (dipikir sendiri aja apa maksudnya), Syahrinawati namanya... dan satu lagi teman SMP ku yang kebetulan banget baru ada kontak lagi, dia laki- laki berantakan... heheh, Abdul Fatah.., bertindak sebagai juru foto.. terakhir aku sendiri yang paling fleksibel dan simpel serta manis... ^_^

Kereta api, transportasi yang kami pilih menuju Solo.. sudah lamaaa sekali  tak pernah naik kereta api, jadi kali ini aku antusias sekali menuju stasiun. Pukul 06.00 menjadi orang pertama yang sudah sampai di stasiun gambir, kemudian fatah dan terakhir princes Rinas dengan koper besarnya datang tergopoh –gopoh... Dassar wanita bangeet, pergi 5 hari ke Solo-Yogya bawaan seperti mau pergi Haji.. hahahaha.

Noraknya kita di kereta
Tepat pukul 07.00, kami berangkat menuju Solo. Semangat menggelora membuat kami tidak berhenti berbicara tentang apa yang akan dilakukan, pekerjaan dan hal yang tidak penting lainnya sekitar 2 jam..  sampai akhirnya mati gaya, dan aku yang menyesal tiada tara karena tidak membawa buku bacaan.... huaaaa, sempat bosan juga smpai skitar pukul 04.00 sore tiba di Solo.

Rasa Bosan berubah menjadi semangat kembali ketika menginjakkan kaki ke kota Solo.. dari stasiun kami naik becak menuju hotel, hanya sekitar 8 menit tiba di hotel Tune pilihan kami.. Hotel minimalis ini termasuk baru dan bersih.. istirahat sebentar untuk shalat, lalu kami coba keluar mencari makanan... 

Kami hanya berjalan untuk mencari tempat makan apa saja yang dapat disinggahi... Disini lah suansa Solo yang begitu damai aku rasakan, kota yang bersih, asri, tertata dengan rapih dan sangat santun serta ramah masyarakatnya, membuat aku cukup menikmatinya. Hebatnya lagi, harga makanannya huemaaat bettull... muraaaah abiis. Padahal masih di kota. Malam itu kami makan aneka makanan yang disajikan seperti Resto Dapur sunda, untuk porsi bertiga hanya menghabiskan sekitar 50ribuan.. Wooow. 
Karena merasa uang saku pasti bersisa, coba nongkrong di cafe ala anak muda Solo sampai mata mengantuk, sekitar jam 10-an kala itu.., lalu kembali ke hotel untuk rehat

Huaaaaamm..., Pagi jam 07.30 aku dan mba Rinas sudah siap berkeliling.. Sayangnya Fatah menginap dirumah temannya yang kami sewa mobilnya, dan diaaaa terlambat!!. 
Daripada membuang waktu sambil menunggu, jalan dekat hotel ada soto gerabah khas Solo, sarapan lah kami disana.. wuenaak ternyata. Padahal asumsi aku makanan solo itu manis, tp ternyata pas dengan selera. 

Sarapan pagi
Empat mangkuk Soto, dengan aneka gorengan dan sate serta kerupuk beras, kami sarapan disana. Suananyanya itu damaai bangeet deh... Dengan tambahnya satu personel, teman fatah yang merangkap menjadi supir menjadi suasana jadi lebih meriah di Solo.. Makan makan selesai, kenyang dan goooo

Candi Sukuh dan Ceto tujuan utamaku ke Solo,  Lokasi Candi ini berada di Lereng Gunung Lawu.., cukup jauh memang dari Kota Solo.. karena searah kami sempatkan mampir ketempat pembuatan batik. Solo memang tenang.. bahkan diperkampungan batik pun tetap terasa tenang, saat perjalanan kami menemukan seorang wanita tua yang sedang membantik, singgah lah sebentar disana untuk melihat prosesnya dan mengobrol bagaimana batik itu dibuat dan dijual. Para pembantik yang kuliat semuaaanya udah tua -tua.., mereka memang ahli-ahli.. cuma kawatir juga ya ini tidak dapat dilestarikan, apali dengan adanya batik sablon produksi Cina... hufff Mampir juga ke toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang sangat aku inginkan.

seriusnya sang ibu
Sebelum beranjak mampir sebentar di  toko pengepul batik yang dibuat warga setempat.. sekalian beli oleh-oleh lah kami..., setelah itu baru lah kami menuju Candi tujuan utama yang sangat aku inginkan

Candi ini ku dapat informasi dari buku Rizky Radiasmara dengan judul “Sukuh”.. Candi yang dikenal dengan candi porno ini menyimpan banyak sejarah.. bentuknya yang seperti seperti setengah piramid memiliki relief lingga – Yoni (kelamin pria –wanita) dipenghujungnya. Di sekitaran candi juga memiliki relief yang beragam, memang di dominasi lingga – Yoni dalam berbagai versi, mungkin hal ini yang menyebabkan candi sukuh menjadi kontroversial... 
Candi Sukuh tampak samping, piramida kan??

Tampak depan, yang ada wanita manis



bagian belakang, piramida belum jadi :)

Sekitar jam 11.00 kami sampai disana, Lokasi Candi ini berada di lereng kaki Gunung Lawu sehingga udara sejuk disiang hari tetap kami rasakan.. Sepi hampir tidak ada pengunjung disini., Informasi Candi sukuh belum terpublikasi secara baik, atau mungkin karena kontroversial jadi enggan  dipublikasikan...

Lingga -Yoni (paling atas candi)
Tetapi suasana yang sepi membuat aku bersyukur untuk menikmati setiap jengkal relief yang ada. Sukuh tidak hanya memiliki relief porno tetapi juga relief berbagai suku di berbagai negara... disamping piramida candi Sukuh terdapat Relief yang dikenal sebagai bentuk rahim, disinilah banyaak suku bisa dilihat. Kita bisa lihat, ada yang memakai sorban ada rumah cina, pohon kurma dan beberapa tipe pakaian beberapa negara.. Menurut beberapa informasi yang saya dapat, candi ini termasuk candi tua.. adanya gambar beberapa tipe orang dari berbagai negara menandakan ketika itu indonesia telah menjadi tempat bertemunya beberapa negara.

Rahim dalam versi relief (paling atas ada rumah, dan orang bersorban)


Ada rumah cina kan..?
Berkeliling candi sambil berfoto, seakan candi sukuh ini hanya milik kami, barulah kami berangkat menuju Candi Cetho.. berlokasi tidak jauh dari Sukuh hanya lebih naik lagi ke gunung Lawu. Kami sempatkan makan siang di tempat makan sederhana yang bersih. Perut memang terasa sangat lapar jadi pemesanan nasi dan lauknya banyaaak..., belum lagi pernak pernik lainnya. Tapi apa yang terjadiiiii...., (jeng ... jeng ... jeng).., tagihan untuk empat orang hanya Rp. 32.000. Whaatttt!! Menu ayam goreng, telur, pecel, aneka gorengan, kerupuk.. belum lagi ada kopi lah, jeruk.. semua cuma 32rb..  Sebagai orang Jakarta, aku cukup Norak dengan harga ini.. hahaha

Menuju Cetho diriingi rasa bahagia makan dengan harga murah, Pukul 15.30 kami sampai di Cetho. Candi ini gerbang utamanya mirip dengan pura pura yang ada di Bali.. Letak candi Sukuh ini cukup indah, kita seperti dapat menggapai langit yang tinggi. Relief candi ini tidak sebanyak di Sukuh tetapi tetap memiliki kesamaan. Terdapat lingga – Yoni yang cukup besaaar.., akan terlihat jelas jika kita melihanya dari atas.

Gerbang utama Cetho

simbol lingga -Yoni besaar

Beda dengan Sukuh, candi ini sediit lebih ramai.. tetapi hanya sedikit.. karena memang informasi Candi yang ada di Solo tidak sehebat candi di Yogyakarta. Jadi pengunjung jauh juga berbeda. Candi yang harus mendaki terus ke atas untuk mencapai puncak adalah tempat bertapa para penganut agama di Jawa (kejawen), susana mistis memang terasa sekali di puncak...
Di bagian puncak pun arca Lingga yang besar berada dibagian sudut. Banyak sumber yang mengatakan ada keterkaitan antara Candi Sukuh dan Cetho jika dipandang dari arca dan relief yang ada.apalagi di puncak cetho terdapat piramida setengah yang mirip seperti sukuh hanya lebih kecil




terus naik dan naik

satu tingkat sebelum puncak, bertapa dulu..
Nah ini tempat-temap bertapa yang paling tinggi
Puncak Candi Cetho

Indahnya Pemandangan di Cetho ini membuat kami betah berlama –lama berada disini, tetapi kami tetap harus menyisakan energi untuk perjalanan pulang dan esok harinya keliling kota solo. 

Sebelum Pulang kami sempatkan mampir ke singgasana makan Eyang Suharto, Astana Giribangun. Tidak hanya sekedar makam, tetapi ini sebuah museum keluarga Suharto yang menurut saya cukup megah,  dan masih terasa sejuknya pegunungan.. sekitar magrib lah kami sampai disana. 
Ada yang unik ketika memasuki makam ini, pintu gerbang pertama kami diminta isi buku tamu dan sumbangan seleranya, ketika masuk kearah makam.. kami diminta isi buku tamu lagi dan tetap diminta sumbangan kembali... heheheh (mengapa begini yaa..??) tetapi karna aku baik hati, jadi tetap kuberikan sumbangan seadanya.. 



Nah ini dia tim utuh, driver, 2 artis dan fotografernya..

Letih  dan kedaimaian terasa selepas kami menyelesaikan shalat isya, karena kegelapan malam membuat kami enggan untuk berkeliling di Astana Giribangun.. ya iya sih mau liat apaan juga...
Kunjungan Astana giribangun mengakhiri perjalanan perdana di Solo, sejuknya Gunung Lawu berubah menjadi dingin.. saatnya kembali ke hotel dan beristirahat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar