Selasa, 25 September 2012

Sederhana yang menarik...

Kemenangan Jokowi dalam pilkada DKI memiliki kesan khusus untuk saya. Sosok yang boleh dibilang santai dan sederhana.., menarik. Dari sini dapat kita lihat sosok keren sudah tidak lagi menjadi idola. Jokowi dengan wajahnya yang sederhana (*kata lain dari tidak ganteng :D), gaya nya yang "selengean", cuek bisa merebut hati warga jakarta. Saya melihat tidak lagi program, tidak lagi janji-janji yang dapat memikat rakyat. Tapi karakter, style dan kesederhaannya lah yang lebih terlihat pro rakyat, merakyat.

Kali ini ini saya bukan ingin membahas profil Jokowi atau mendukung. Tetapi kesederhanaan yang menjadi hal yang menarik.. Adakah orang yang tidak suka melihat orang yang sederhana?? hmm... bisa dibilang tidak ada. Bahkan kita selalu takjup dengan orang-orang yang dapat hidup dengan sederhana dibawah kemewahannya. Mampu untuk bermewah-mewahan, tapi tetap sederhana. Hebat kagum.
Pernah lihat harga tas, jam atau pakaian sampai puluhan juta, bahkan ratusan juta..? siapa kah yang pakai itu semua? Pastinya orang-orang kaya, tokoh-tokoh terkemuka, pejabat dan yang mampu untuk membelinya. Bagaimana dengan orang-orang disekitarnya yang melihat..? Dosa sosial, menurut saya. diantara masih banyak keadaan yang sangat susah tp disisi lain orang-orang menghamburkan uang hanya untuk membanggakan diri.

Itu baru dari sisi gaya hidup, bagaimana sederhana dalam sisi pelayanan... Berapa banyak orang-orang yang sangat "ribet" untuk pelayanan bahkan berlebihan.. Tentu kebanyakan para orang-orang kaya akan meminta fasilitas lebih tentunya dengan bayaran yang lebih juga., tapi apakah juga pernah dengar soal pelayanan yang lain, contoh dia harus duduk di tempat duduk utama kelas satu sebelah kanan dekat jendela di pesawat, atau seorang kaya yang tinggal di sumatra dan ingin makan di warung sate yang dibuat di jakarta dan harus dikirim via pesawat dihari itu juga atau general chekup di luar negeri yang menghabiskan sampai 1,5 M... WOW, ya hal-hal seperti itu ada. Layaknya seperti seorang raja yang memiliki kerajaan di seluruh pelosok negara. Apakah dia merasakan rasa di hati pelayannya.. bagaimana susahnya harus memesan tempat duduk khusus di pesawat dg pemesanan tiket yang mendadak, dan bagaimana banyaknya uang transport harus dikeluarkan hanya untuk membeli sate dengan harga 100rb saja. Mengerut dada, seandainya uang transport itu dapat dia nikmati untuk membelikan sepeda anaknya. Miris

Ya, itulah fenomena yang membuat kalangan menengah kebawah miris. Apakah hal-hal seperti itu dapat membuat simpati, mungkin para orang kaya ini juga punya yayasan atau dia jg rutin bersedekah. Tetapi gaya hidupnya yang berlebihan itu tetap akan membuat seorang manusia miris.
Bagaimana dengan kisah-kisah orang sederhana, Rasullah seorang pengusaha sukses bagaimana dia hidup memberikan contoh hidup sederhana dan tidak menuntut pelayanan, malah beliau lah yang melayani kaumnya.. Para sahabat beliau, dan sekarang ahmadinejad, presiden iran yang kesederhanaannya menarik  seluruh penjuru dunia.

Untuk menjadi menarik, tidak dengan cara mengenakan barang mewah, menjadi eksklusif, dilayani. Tetapi dengan menjadi sederhana, dengan tidak menjadikan diri "khusus", meratakan "posisi" akan menjadi pribadi yang menarik dan tidak akan pernah merendakan diri..

Sabtu, 08 September 2012

Bergaulah dengan siapa saja..

Biasanya kita sering mendapati nasehat untuk selektif dalam memiliki teman, atau teman-temanmu mencerminkan dirimu, oleh karena itu pandai-pandailah dalam memilih teman...

Untuk hal ini saya memiliki dua pendapat, setuju dan tidak.. Apakah ini plin-plan?? tidak punya pendirian..
Mari simak alasan saya,
Saya tidak setuju, jika kita harus membatasi pertemanan atau pergaulan, sehinngga kita hanya memilih teman yang membuat kita nyaman atau memilih teman yang menguntungkan saja. Ketika kita membatasi pergaulan, maka kita akan terus menerus pada zona kenyamanan dan pengetahuan kita akan sebatas itu saja, tidak banyak yang dapat kita pelajari jika lingkungan pergaulan kita itu-itu saja.
Bagaimana kita dapat mengetahui pergaulan itu baik atau tidak sebelum kita berada didalamnya?? Apakah keputusan kita dalam pergaulan itu karena pendapat orang lain??
Apakah memang kita tidak boleh bergaul dengan teman-teman yang memiliki kesan "buruk"?
dan apakah kita tidak bisa belajar dari setiap pergaulan kita??
Semakin kita memiliki pergaulan dari berbagai kalangan dan kita dapat mengetahui setiap karakter, maka kita akan semakin kaya dalam pengetahuan.

Saya Setuju, jika selektif dalam berteman atau bergaul disini membuat kita terhindar dari pengaruh buruk.. selektif membuat kita berada pada lingkungan positif dan dapat membuat kita ke arah yang lebih baik.

Jadi dua pendapat berlawanan saya tersebut memiliki alasan yang memiliki benang merah..
Kita dapat bergaul dengan siapapun, sekalipun anak kecil, orang tua, guru, satpam, boss, dan berbagai posisi lain, pemakai narkoba, preman atau lainnya selama kita dapat menguasai diri tidak larut dan mengambil manfaat dari semua orang tersebut..
So jangan batasi diri karna kenyamanan bergaul...






Minggu, 02 September 2012

Jika bukan orang sembarangan, jangan buang sampah sembarangan..!

Mengeluh Jakarta kotor..., mengeluh jakarta banjir,, membuat perbandingan dengan malaysia dan singapore..

Apakah kita pernah melakukan ini..?? tentu kan..
dan apakah juga kita membuang sampah sembarangan..? bungkus permen, tissu atau kertas Tol..??
Kalau hal ini juga dilakukan, masi pantaskah kita mengeluh...
Tentunya kita juga bisa berfikir.., "bukan saya sendiri ko yang melakukan itu, malah banyak yang lebih parah lagi.., apa cuma karna buang sampah segitu saja bisa dampak besar.? jangan lebay deh"

hmm, kalau mayoritas warga Jakarta berfikiran begini, maka jangan harap jakarta akan bersih 10 tahun ke depan, malah bisa jadi akan semakiin parah.. Kita berfikir sampah itu kecil dan tidak akan berdampak besar, tapi jika semua orang begitu maka sampah tidak lagi sedikit. "Ah hanya satu bungkus permen" bagaimana jika 100 orang beranggapan begitu, maka ada 100 bungkus permen yang berserakan.

"Saya mencoba untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi saya jarang menemui tempat sampah di area jalan, ya terpaksa saya buang sembarangan. Coba pemerintah menyediakan tempat sampah yang banyak, tentu saya akan buang sampah pada tempatnya"

hmm... bagaimana dengan ini?? apakah terus kita halalkan buang sampah dimana saja??
Kalau begitu kita hanya seorang penuntut, selalu ingin dilayani dan merasa pantas untuk dilayani, tak pernah ada kecintaan untuk menjaga kota bersih. Hanya menuntut dan menunggu fasilitas, padahal kita tau pemerintah akan menomor sekiankan urusan tempat sampah atau kebersihan kota. 

Ingin bersih seperti Singapore tapi tidak mencontoh warganya yg selalu buang sampah pada tempatnya.., akui lah kl kita hanya pengeluh dan orang sembarangan.

Jika tak ingin disebut sembarangan, maka jangan buang sampah sembarangan...!
Mari patahkan pernyataan itu dan kita coba untuk diri sendiri sebagai orang yang bersih dan membuang sampah pada tempatnya, walaupun itu hanya bungkus permen. Jadikan diri kita bukan pengeluh, dan memang ingin jakarta bersih...
Kalau mayoritas warga jakarta bisa melakukan hal ini, jakarta akan melangkah perlahan tapi pasti pada kebersihan...