Kamis, 25 September 2014

Berakhlak Secara Ibadah dan juga Secara Sosial



Indonesia adalah negara Muslim terbesar di Dunia dan termasuk negara dengan citra religius, indikator ini dapat dilihat pada banyaknya masyarakat muslim beribadah Umrah dan Haji....

Tentu ini adalah hal positif, dalam muslim dikenal dengan banyaknya ragam ibadah yang bisa dilaksanakan baik ibadah wajib maupun sunah, dan kita dapat melihat betapa banyak masyarakat melaksanakan ibadah-ibadah tersebut..

Dalam Islam pun dikenal tiga macam hubungan;  hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama, dan hubungan dengan Alam..., hubungan dengan Allah adalah dengan melakukan ritual ibadah, hubungan dengan sesama bagaimana kita berbuat baik, saling tolong melong dan bermanfaat dan perilaku sejinis lainnya.. sedangkan hubungan dengan Alam, juga terkait dengan perilaku kita terhadap alam, dan mahluk hidup lainya menjaga dan melastarikannya.

Saya bukan orang yang ahli dalam bidang keagamaan yang membahas dalam soal itu, tetapi kali ini saya hanya ingin menungkapkan fenemena yang ada di sekitar...

Pernah kah kita mendapati serorang yang ‘tampak’ taat dalam beribadah dengan frekuensi yang banyak tetapi hubungan dengan sesama tidak baik, contoh rajin ibadah tetapi memiliki perilaku sombong, berkata kasar atau menjatuh kan orang, iri dan lainnya...  Haji berkali-kali tetapi tidak bertanggjawab terhadap pekerjaannya, bahkan dengan alam pun tidak dapat menjaganya cenderung merusak...

Bagaimana......???

Tentu kita tidak berhak memberikan penilain terhadap ibadahnya, tetapi yang bisa kita lihat sejalan kah dia dengan rutinitas religius yang dilakukan... sejalan kah ia dengan aplikasi yang selayaknya didapat dari ibadahnya....??

Hubungan sosial dengan sesama cendrung lebih dominan kita lakukan ketimbang ibadah, karena kita memang mahluk sosial, bahkan dalam Al-Qur’an pembahasan bagaimana berhubungan dengan sesama pun dibahas jauh lebih banyak.., itulah mengapa kita sebagai manusia diciptakan sebagai khalifah.. yang bermanfaat bagi sesama, yang dapat menjaga lingkungannya, yang dapat mengembangkan potensinya, memberdayakan sesama.....

Apa yang salah dengan ini..?? 

Saya belum melakukan penelitian mendalam memang soal ini, tetapi menurut analisa saya kuantitas selalu lebih utama dalam pandangan kebanyakan orang, seperti kuantitas uang yang banyak lebih baik daripada sedikit, jumlah nilai yang tinggi tentu akademiknya lebih baik, kuantitas kehadiran yang banyak akan lebih baik... begitu juga banyak beribadah akan lebih baik. Tetapi pernahkah kita liat lebih dalam lagi, tidak selalu seperti itu...??

Ketika kita memiliki uang yang banyak dan menggunakan tidak pada tempat yang tepat malah dapat menghancurkan kita, Nilai yang tinggi tidak menjamin pengetahuannya juga tinggi.., toh bisa saja dia hanya memenuhi target sehingga tidak memahami apa yang telah dipelajarinya kita jg menemukan banyak anak/ mahasiswa yang berpretasi tetapi tidak berprestasi juga dalam pekerjaannya. Kehadiran yang banyak jika untuk tidur atau bersantai-santai saja untu apa.?

Begitu juga beribadah, semakin banyak melalukan ibadah jika hanya frekuensi tetapi tidak mengetahui maksud dari ibadah itu sendiri tidak akan pernah menghasilkan perilaku seorang khalifah...
Bukankah banyak juga kita temui, seorang yang sederhana tetapi bahagia hanya dengan dapat mengajar dan memotivasi para siswanya agar punya mimpi dan  maju (laskar pelangi) atau seorang yang hanya dapat penghasilan dengan menjual hasil karyanya tetapi dapat memberikan pengajaran kepada anak-anak putus sekolah. (doc. Kick Andy) dan juga kita melihat para tetuah adat yang begitu menjaga lingkungan nya agar tetap lestari..

Yuk mari kita periksa amal ibadah kita masing-masing apakah benar selaras dengan perilaku kita..., sehingga tidak hanya berakhlak secara ibadah tetapi juga berakhlak secara sosial...